Dark/Light Mode

Ekspor dan Impor Babak Belur Karena Corona

Selasa, 16 Juni 2020 09:31 WIB
Pergerakan impor dan ekspor ambyar di masa pademi
Pergerakan impor dan ekspor ambyar di masa pademi

RM.id  Rakyat Merdeka - Di masa pandemi, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020 mengalami surplus 2,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS). 

Sementara ekspor dan impor babak belur. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, meski perdagangan Indonesia surplus, hal tersebut tidak menggembirakan. Pasalnya, nilai ekspor dan impor turun lebih dalam lagi. 

“Impor anjlok cukup dalam mencapai 32,65 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan mencapai 42,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara ekspor pada Mei 2020 juga turun 13,4 per dibanding bulan sebelumnya. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, penurunannya lebih dalam mencapai 28,95 persen,” kata Suhariyanto dalam konferensi video di Kantor Pusat BPS, Jakarta, kemarin. 

Menurut dia, neraca perdagangan surplus memang menggembirakan, tapi perlu mewaspadai komponen di dalamnya, khususnya impor yang turun sangat dalam. 

Baca juga : `Kreatif dengan ConceptD`

“Impor turun sangat tajam ini tidak baik. Impor barang modal harus diperhatikan karena berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dari segi investasi,” jelas dia. 

Suhariyanto juga khawatir karena penurunan ekspor di bulan Mei jadi yang terendah sejak Juli 2016, yaitu 9,6 miliar dolar AS. Hal tersebut, terjadi karena negara-negara tujuan ekspor mengalami pelemahan ekonomi, pengurangan aktivitas sosial dan ekonomi akibat pandemi. 

Karena itu, Suhariyanto menyampaikan bahwa pemerintah harus sangat mewaspadai menurunnya impor bahan baku dan barang modal. 

“Penurunan impor bahan baku dan barang modal perlu betul-betul diwaspadai akan berpengaruh terhadap aktivitas industri di dalam negeri dan perdagangan,” tegas Suhariyanto. 

Baca juga : RI Ekspor Perdana Ikan Tenggiri Dan Layur Ke China Saat Pandemi

BPS mencatat impor barang modal anjlok 19,75 persen sepanjang Januari-Mei 2020 dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara impor bahan baku/penolong turun 15,28 persen dan barang konsumsi turun 10,32 persen. 

Dia menekankan, perkembangan perekonomian yang terjadi pada Mei ini masih sangat dipengaruhi oleh kondisi global yang buruk karena masih banyaknya pembatasan aktivitas. 

“Harga beberapa komoditas nonmigas juga turun, seperti batu bara turun 10,41 persen secara bulanan, minyak sawit dan minyak inti sawit (kernel) juga turun 5,75 persen,” jelas dia. 

Sementara, secara total, neraca perdagangan masih surplus 4,31 miliar dolar AS pada Januari-Mei 2020. 

Baca juga : Dr. Adriana Elisabeth Bicara Papua: Semua Karena `Emasnya`

Neraca perdagangan Indonesia surplus dengan Amerika Serikat, India dan Belanda. Neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit dengan China, Thailand dan Australia. 

“Realisasi ini lebih baik dari defisit 2,14 miliar dolar AS pada Januari-Mei 2019,” kata Suhariyanto. 

Namun begitu, secara kumulatif, ekspor Januari-Mei 2020 hanya sebesar 64,46 miliar dolar AS. Kinerja ini turun 5,96 persen bila dibandingkan Januari-Mei 2019 sebesar 68,64 miliar dolar AS. 

Sedangkan kinerja impor secara kumulatif Januari-Mei 2020 sebesar 60,15 miliar dolar AS atau terkoreksi 15,55 persen dari Januari-Mei 2019 sebesar 71,32 miliar dolar AS. [NOV]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.