Dark/Light Mode

Nilai Tukar Rupiah Menguat, Inflasi Terkendali

Surplus 5.4 M Dolar AS, Neraca Pembayaran Indonesia Membaik

Kamis, 21 Februari 2019 16:51 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) usai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu (21/2). (Foto: Humas BI)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) usai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu (21/2). (Foto: Humas BI)

 Sebelumnya 
Nilai Tukar Rupiah Menguat, Inflasi Terkendali

Dalam keterangan tertulisnya, BI juga melaporkan penguatan nilai Rupiah, yang menopang berlanjutnya stabilitas perekonomian. Rupiah pada triwulan IV 2018, secara point to point menguat sebesar 3,63 persen, dibandingkan dengan level akhir triwulan III 2018. Hal ini ditopang NPI yang mencatat surplus. 

"Penguatan Rupiah yang mencapai 2,92 persen berlanjut pada Januari 2019. Penguatan ini terus terjadi pada Februari 2019. Tren penguatan Rupiah pada awal 2019, ditopang aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik, seiring terjaganya fundamental ekonomi domestik dan tetap tingginya daya tarik aset keuangan domestik. Serta berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global," tutur Agusman.

Baca juga : Nova Arianto Teriaki Para Pemain Timnas Indonesia U-22

Inflasi tetap terkendali pada level yang rendah dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5±1 persen (yoy). Inflasi IHK pada Januari 2019 tercatat 0,32 persen (mtm) atau 2,82 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,62 persen (mtm) atau 3,13 persen (yoy). Penurunan inflasi bersumber dari turunnya inflasi kelompok volatile food dan deflasi pada kelompok administered prices. Inflasi volatile food menurun dipengaruhi deflasi bahan pangan sehingga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan rerata historis. Harga kelompok administered prices mencatat deflasi terutama dipengaruhi penurunan harga BBM nonsubsidi dan tarif kereta api.

BI juga melaporkan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai fungsi intermediasi yang membaik dan risiko kredit yang terkendali. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tetap tinggi mencapai 22,9 persen dan rasio likuiditas (AL/DPK) masih aman yakni sebesar 19,3 persen pada Desember 2018. Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yaitu sebesar 2,4 persen (gross) atau 1 persen (net). 

"Pada 2019, kami memperkirakan pertumbuhan kredit berada dalam kisaran 10-12 persen (yoy). Sedangkan pertumbuhan DPK, diperkirakan sekitar 8-10 persen (yoy). Ke depan, Bank Indonesia akan menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif guna mendorong pembiayaan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan, berkoordinasi dengan otoritas terkait," terang Agusman.

Baca juga : Inflasi Terkendali Karena Kerja Sektor Pertanian Oke

Ia menambahkan, kelancaran sistem pembayaran tetap terpelihara, baik dari sisi tunai maupun nontunai. Dari sisi pembayaran tunai, posisi Uang Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 7,8 persen (yoy), menurun dari 10,7 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya. 

Sistem pembayaran nontunai nilai besar melalui BI Real Time Gross Settlement (RTGS) dan nilai kecil melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) berjalan lancar. Transaksi uang elektronik tumbuh tinggi sebesar 218,9 persen (yoy) pada triwulan IV 2018, meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan III 2018 sebesar 300,4 persen (yoy). Transaksi daring (online) via digital banking membukukan pertumbuhan yang meningkat, sebesar 44,4 persen (yoy), dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 41,1 persen (yoy). 

"Kinerja positif uang elektronik dan digital banking tersebut tidak terlepas dari pengaruh menguatnya preferensi masyarakat dalam bertransaksi menggunakan platform teknologi finansial (tekfin), e-commerce, dan penggunaan uang elektronik pada sektor transportasi. Kami akan terus memperkuat kebijakan sistem pembayaran dalam rangka memperluas pembiayaan ekonomi, dengan tetap mendukung perlindungan konsumen dan menjaga stabilitas makroekonomi," tutup Agusman. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.