Dark/Light Mode

Cegah Resesi, Inilah yang Harus Dilakukan Pemerintah

Selasa, 11 Agustus 2020 00:05 WIB
Gerry Hukubun (Foto: Istimewa)
Gerry Hukubun (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Oleh: Gerry Hukubun

Seperti prediksi dan tulisan saya di bulan Maret bahwa Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi minus di kuartal II. Seperti kita ketahui, bahwa ekonomi Indonesia triwulan I-2020 terhadap triwulan I-2019 tumbuh sebesar 2,97 persen (y-on-y), melambat dibanding capaian triwulan I-2019 yang sebesar 5,07 persen. Dan di kuartal II mengalami kontraksi menjadi minus 5,32 persen.

Pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen itu merupakan yang terendah sejak triwulan I-1999. Ketika itu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 6,13 persen.

Baca juga : Pengetahuan Jadi Modal dalam Membangun dan Memajukan Papua

Sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan negatif. Beberapa yang masih positif antara lain informasi dan komunikasi, jasa keuangan, pertanian, real estate, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan pengadaan air.

Seperti yang kita ketahui bahwa dalam ekonomi makro, resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Yang artinya dengan mengalami pertumbuhan ekonomi minus di kuartal II-2020, maka kita sudah berada di dalam ambang resesi ekonomi

Pemerintah sudah mengambil langkah antisipasi dengan berencana memberikan bantuan atau stimulus bagi karyawan swasta sebesar Rp 600.000 di tengah pandemi. Rencananya bantuan tersebut akan diberikan kepada karyawan yang bergaji di bawah Rp 5 juta.

Baca juga : Kadin: Tingkat Konsumsi dan Daya Beli Harus Dijaga

Itu adalah langkah yang sangat bagus. Namun lebih dari itu, saran saya, pemerintah harus memberikan banyak kemudahan dalam beberapa industrial seperti informasi dan komunikasi, jasa keuangan, pertanian, real estate, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan pengadaan air yang masih mengalami pertumbuhan positif.

Terutama dari izin-izin maupun kemudahan lainnya. Sehingga membantu mengatasi melemahnya konsumsi masyarakat. Jika semua langkah ini diambil, saya yakin di kuartal III, kontraksi pertumbuhan ekonomi akan semakin menurun walaupun masih minus. 

Namun, jika upaya pemerintah ini tidak berjalan secara optimal, maka tidak mustahil pertumbuhan ekonomi di kuartal III akan mengalami kontraksi lebih parah lagi. Dan dampak utama dari resesi ekonomi setelah pertumbuhan ekonomi yang minus adalah keamanan national yang akan terganggu. Apalagi banyak pihak oposisi dan barisan sakit hati yang sudah menunggu kondisi ini agar bermain dan menggoreng isu tersebut untuk menyalahkan pemerintah, terutama menyalahkan Presiden Jokowi. Dan ujung-ujungnya akan meminta Presiden Jokowi mundur karena dianggap yang paling bertanggung jawab. Ini harus diwaspadai. Tak boleh dicuekin begitu saja. 

Baca juga : Inilah 7 Pasang Cakada Sulsel Jagoan Partai Demokrat

Penulis: Pemerhati Ekonomi, Politik, Diplomasi Luar Negeri/Dewan Kehormatan Partai Hanura

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.