Dark/Light Mode

Hati-hati, Rupiah Masih Dibayangi Sentimen Negatif

Jumat, 4 September 2020 10:54 WIB
Hati-hati, Rupiah Masih Dibayangi Sentimen Negatif

RM.id  Rakyat Merdeka - Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 14.705 per dolar AS di sesi perdagangan pagi ini. Rupiah menguat 0,49 persen, dibandingkan perdagangan kemarin sore yang melemah di level Rp 14.777 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah terhadap euro juga menguat 0,05 persen ke Rp 17.480,23, terhadap poundsterling menguat 0,02 persen ke Rp 19.598,33, terhadap yen menguat 0,02 persen ke Rp 138,94, terhadap dolar Australia menguat 0,08 persen ke Rp 10.724,73, terhadap dolar Singapura menguat 0,03 persen ke Rp 10.807,44.

Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,02 persen, dolar Singapura menguat 0,03 persen, dolar Taiwan menguat 0,20 persen, baht Thailand menguat 0,6 persen, yuan China menguat 0,15 persen dan peso Filipina menguat 0,04 persen.

Sebaliknya, won Korea Selatan melemah 0,13 persen, rupee India melemah 0,61 persen dan ringgit Malaysia melemah 0,06 persen.

Baca juga : Mega Ngaku Masih Dipanas-panasin Nyapres

Indeks dolar AS diketahui terkoreksi terhadap keranjang enam mata uang saingan utamanya, yang turun ke level 92,74 dibanding level penutupan di 92,78.

Pelemahan dolar terjadi lantaran data Indeks Manajer Pembelian layanan AS turun menjadi 56,9 persen pada Agustus, dibanding data Juli yang besarny 58,1 persen.

Institute for Supply Management melaporkan adanya laju pertumbuhan yang melambat di sektor tersebut. Di samping itu, Departemen Tenaga Kerja AS juga melaporkan data pengangguran awal AS, yang merupakan cara kasar untuk mengukur PHK, turun menjadi 881 ribu pada pekan yang berakhir 29 Agustus. Menyusul revisi naik 1,01 juta pada pekan sebelumnya.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat, rupiah kemungkinan masih akan bergerak turun di level Rp 14.750-14.820 per dolar AS.

Baca juga : Pagi Ini Rupiah Kuat Nanjak, Semoga Sorenya Nggak Anjlok

Ibrahim menilai, meski rupiah dibuka menguat, namun sentimen negatif masih banyak mengiringi pergerakannya.

Selama pandemi belum bisa teratasi dan berimbas terhadap stagnasi ekonomi, maka ada kemungkinan pemerintah meminta BI tetap berkontribusi dalam pembiayaan defisit anggaran alias burden sharing. Setidaknya, sampai 2022.

"Pelaku pasar kecewa, karena mengira burden sharing hanya kebijakan jangka pendek, sekali pukul, ad hoc, one off. Tapi ternyata, ada kemungkinan bertahan lama," imbuhnya di Jakarta, Jumat (4/9).

Di samping itu, pasar juga mencemaskan wacana amandemen Undang-undang (UU) BI. Salah satu opsi yang ada adalah kembalinya Dewan Moneter seperti masa Orde Baru. Dewan Moneter memimpin, mengkoordinasikan dan mengarahkan kebijakan moneter sejalan dengan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.

Baca juga : Pagi Ini Rupiah Kuat, Mudah-mudahan Bisa Tahan Lama

"Informasi ini membuat bingung pelaku pasar. Sehingga, wajar kalau dana asing menahan diri untuk masuk ke pasar keuangan. Dana yang sudah parkir di pasar dalam negeri, justru malah kembali keluar," sebutnya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.