Dark/Light Mode

Imbas Badai Laura, Harga Minyak Mentah Indonesia Jadi Rp 614.207 Per Barel

Sabtu, 5 September 2020 17:03 WIB
Foto: Instagram Pertamina
Foto: Instagram Pertamina

 Sebelumnya 
Faktor lain yang mempengaruhi pergerakan ICP adalah tingkat kepatuhan OPEC+ terhadap kesepakatan pemotongan produksi, yang mencapai 95 persen dan rencana pemotongan produksi beberapa negara OPEC+, pada bulan Agustus dan September 2020 sebagai kompensasi atas kelebihan produksi di bulan Mei - Juli 2020.

Laporan OPEC bulan Agustus 2020 menunjukkan tren ekonomi yang positif, dengan pulihnya sektor jasa. Ditandai dengan pertumbuhan pendapatan yang melebihi perkiraan, yang secara umum mendukung pasar ekuitas.

Baca juga : Gunung Semeru Bakal Dibuka, Pendaki Dibatasi 120 Orang Per Hari

Selain itu, jumlah rig yang beroperasi di Amerika Serikat mulai berkurang menjadi 176 unit di awal bulan Agustus 2020 (683 rig di bulan Maret 2020 dan 185 rig di bulan Juli 2020).

Ada pula margin kilang secara global, yang mulai pulih di bulan Juli 2020 karena meningkatnya aktivitas tansportasi sebagai efek dari pelonggaran lockdown di beberapa negara.

Baca juga : Menhub Garap Pelabuhan Di Indonesia Timur

Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) merinci laporan penurunan stok minyak mentah AS. Angkanya turun 10,8 juta barel menjadi 507,8 juta barel. Sementara stok produk gasoline AS turun 8,6 juta barel menjadi 239,2 juta barel.

Tak hanya itu, membaiknya aktivitas manufaktur AS dan permintaan bensin yang mengalami penurunan dalam sepekan, dari 9,16 juta barel per hari menjadi 8,78 juta bph ikut memiliki dampak terhadap keputusan penetapan ICP. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.