Dark/Light Mode

MUI Serukan Boikot Produk Prancis

Ayo, Siapa Mau Ikut Ulama

Sabtu, 31 Oktober 2020 06:12 WIB
Gedung MUI. (Foto: ist)
Gedung MUI. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menyikapi kelakuan bejat Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang tak mau meminta maaf setelah menghina Islam dan Nabi Muhammad, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan agar umat Islam di Tanah Air memboikot semua produk Prancis.

Seruan boikot itu tertuang dalam pernyataan sikap MUI yang ditan­datangani Wakil Ketua MUI Muhyiddin Junaidi dan Sekjen MUI Anwar Abbas, kemarin. Dalam surat tersebut, MUI menilai Macron tak menggubris peringatan umat Islam sedunia.

Macron dianggap tetap angkuh dan sombong dengan memuji sikap kelompok pejunjung tinggi ke­ bebasan berekspresi. Menurut MUI, kebebasan berekspresi ala Macron bersifat egoistik.

“Presiden Macron hanya mem­perhatikan kepentingannya saja, tidak peduli kepada kepentingan dan keyakinan masyarakat dunia lainnya. Terutama umat Islam yang jumlahnya lebih dari 1,9 miliar di muka bumi ini,” tulis MUI dalam pernyataan sikapnya.

MUI menyampaikan tujuh sikap dan imbauan. MUI menyerukan untuk memboikot semua produk yang berasal dari Prancis sampai Macron menyampaikan permintaan maaf kepada umat Islam. “Serta mendesak kepada pemerintah untuk melakukan tekanan dan peringatan keras kepada pemerintahan Prancis,” ujar MUI.

Baca juga : MUI: Jangan Terprovokasi Isu Boikot Produk Prancis!

MUI juga meminta pemerintah menarik sementara Duta Besar di Paris hingga Macron meminta maaf kepada umat Islam. MUI menegaskan, umat Islam sebenarnya tak ingin mencari musuh, sebaliknya ingin hidup berdampingan secara damai dengan umat agama lain. Namun, Macron malah menunjukkan sikap intoleran.

“Hentikan segala tindakan peng­hinaan dan pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW, termasuk pem­buatan karikatur dan ucapan kebencian dengan alasan apa pun,” tegas MUI.

MUI mendukung sikap Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan anggota­nya; Turki, Qatar, Kuwait, Pakistan, dan Bangladesh yang telah memboikot produk Prancis. MUI juga mendesak Mahkamah Uni Eropa untuk segera menindak dan menghukum Prancis karena Macron menghina Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, MUI mengimbau se­mua khatib agar menyampaikan pesan materi Khutbah Jum’at untuk mengecam dan menolak terhadap penghinaan atas diri Nabi Muhammad SAW. Terakhir, MUI meminta umat Islam dalam menyampaikan aspirasi dilakukan secara damai dan beradab.

Hal senada dikatakan Ketua Pim­pinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas. Dia meminta, Macron yang mendukung publikasi karikatur Nabi Muhammad SAW untuk meminta maaf kepada umat Islam. Menurut Anwar, umat Islam akan memberikan maaf jika sang Presiden memintanya.

Baca juga : Hati-hati, Isu Boikot Produk Prancis Ditunggangi Buzzer

Menurut Anwar, penjelasan Macron soal menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dan sekularisme sehingga karikatur tersebut dibiarkan, tidak bisa diterima. Menurutnya, kebebasan berekspresi ala Macron telah meng­ganggu hak-hak orang Islam.

Anwar menambahkan, kebebasan berekspresi tidak bisa dibiarkan se­ bebas­bebasnya, harus ada nilai norma, etika, akhlak, dan adab. Sehingga tidak menimbulkan pertentangan dengan sesama manusia.

Ajakan boikot juga disuarakan oleh ormas Islam Yogyakarta. Kemarin, mereka turun ke jalan memprotes sikap Macron. Seruan boikot juga datang dari ormas Islam yang ada di Bandung, Bogor, Medan, dan Aceh.

Apakah gerakan boikot produk Pran­cis di Indonesia akan ada dampaknya? Hubungan dagang Indonesia dengan Prancis tidak sebesar dengan negara­ negara Uni Eropa lainnya, seperti Italia dan Jerman. Pada 2019, produk­ produk Prancis yang diekspor ke Indonesia mencapai 1,8 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 26,1 triliun.

Produk Prancis yang paling banyak diimpor Indonesia adalah pesawat terbang dan komponennya. Selain itu ada produk medis hingga bahan baku industri terutama untuk mesin dan peralatan listrik. Ada juga minuman beralkohol hingga kosmetik. Produk kecantikan dan perawatan yang ter­kenal misalnya L’Oreal dan Garnier.

Baca juga : Indonesia, Nggak Ikutan ?

Sementara untuk produk makanan ada merek­-merek tenar seperti Danone hingga Kraft. Di antara semua itu, produk Prancis yang paling terkenal adalah merek­merek fashion premium; Louis Vuitton, Chanel, Hermes, dan Yves Saint Laurent. 

Ekonom Core, Piter Abdullah me­ngatakan, aksi boikot produk Prancis tidak akan menggangu ekonomi Indo­nesia. Sebab, baik dari segi perdagangan atau pun kerja sama tidak begitu besar. “Justru yang berdampak adalah ekonomi Prancis,” kata Piter, kemarin. 

Kata dia, gerakan boikot produk Prancis tidak berpengaruh baik dari sisi investasi maupun ekspor impor. Sebab, produk­ produk Indonesia sendiri tidak banyak yang bisa menjadi substitusi produk Prancis. Menurut Piter, gerakan boikot biasanya tidak akan berlangsung lama.

Pasca diboikot negara-negara Arab, saham-saham perusahaan global asal Prancis anjlok di bursa-bursa Eropa. Pada perdagangan Kamis, saham produsen fashion mewah LVMH SE ditutup anjlok 3,99 persen di bursa Prancis. Saham emiten konsumer Danone SA ditutup anjlok 4,54 persen. [BCG]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.