Dark/Light Mode

Lebih Simple, Mobil Listrik Plug-in Hybrid Bakal Diburu Konsumen Indonesia

Jumat, 27 November 2020 00:26 WIB
Ilustrasi mobil plug-in hybrid. (Foto: ist)
Ilustrasi mobil plug-in hybrid. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kendaraan plug-in hybrid electric vehicle atau PHEV akan lebih diminati konsumen Indonesia sebelum memasuki era kendaraan listrik murni.

Begitu kata Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Riyanto pada acara diskusi Peluang dan Tantangan Mobil Listrik di Indonesia yang digelar Forum Wartawan Otomotif (Forwot) dan Forum Wartawan Industri (Forwin) secara virtual, Kamis (26/11).

"Jadi nanti untuk hybrid maupun plug in hybrid insentifnya hanya PPnBM (pajak penjualan atas barang mewah) saja. Tapi kalau kita lihat, dari insentif PPnBM saja hybrid sebenarnya sudah sangat kompetitif. Jadi kelihatannya hybrid dan plug in hybrid juga akan berkembang," ujarnya. 

Baca juga : SKYE Suites Bakal Ekspansi Ke Indonesia

Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti di Universitas Indonesia di kawasan perkotaan, emisi kendaraan PHEV hampir sama seperti mobil listrik murni. Selama simulasi, BBM-nya terpakai kecil banget.

“Jadi semuanya digerakkan oleh baterainya. Plug in hybrid ini mirip dengan full baterai karena kalau di dalam kota kan pembakarnya tidak berfungsi," ujar Riyanto.

Berkembangnya minat masyarakat terhadap PHEV terlihat dari ludesnya Nissan Kicks e-Power dalam lima hari sejak diluncurkan pada September 2020.

Baca juga : Toyota Jual 3.300 Lebih Mobil Listrik Di Indonesia

"Kalau dalam waktu ini saya milih hybrid atau plug in hybrid. Tetapi dalam jangka panjang kalau ekosistemnya ada, kita bisa pindah langsung ke BEV (Baterai Electric Vehicle)," jelasnya.

Tantangan 

Belum berkembangnya mobil listrik di Indonesia dipengaruhi banyak faktor mulai kecukupan pasokan listrik, pengolahan limbah baterai, hingga ketersediaan charge station. "Suplai lisrik sangat menentukan, karena kendaraan listrik akan bergantung pada daya listrik yang mudah diakses," kata Kepala Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hari Setiapraja 

Baca juga : Kementerian Perdagangan Ajak Konsumen Beli Buatan Indonesia

Hambatan lainnya adalah baterai dengan densitas power tinggi, fast charging dan tahan lama. Berikutnya adalah regulasi teknis dan keuangan untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik termasuk stimulus yang diberikan bagi produsen dan konsumen. 

Hal lainnya adalah pengolahan limbah baterai dan sistem recycle. Selian itu, tersedianya industri komponen di dalam negeri dengan meningkatkan lokal konten. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.