Dark/Light Mode

Proses Merger Terus Dimatangkan

BUMN Gaungkan Nama Bank Syariah Indonesia

Sabtu, 12 Desember 2020 05:33 WIB
PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) telah mempublikasikan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha (merger) yang mencakup penjelasan mengenai visi, misi, dan strategi bisnis Bank Hasil Penggabungan. (Foto : Istimewa).
PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) telah mempublikasikan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha (merger) yang mencakup penjelasan mengenai visi, misi, dan strategi bisnis Bank Hasil Penggabungan. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Proses menggabungkan tiga bank pelat merah syariah terus digenjot. Salah satu kemajuannya, mereka sepakat memberi nama bank hasil merger, Bank Syariah Indonesia.

“SELURUH proses dan tahapan-tahapan merger akan terus dikawal hingga penggabungan ketiga bank syariah BUMN selesai dilakukan,” ungkap Ketua Project Management Office (PMO) Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN, Hery Gunardi, di Jakarta, kemarin.

Ketiga bank BUMN Syariah yang akan digabung yakni PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah.

Hery mengatakan, pihaknya sedang menggodok struktur, nama, dan logo bank baru. “Jika seluruh proses itu telah tuntas, bank hasil penggabungan akan bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk,” ungkap Henry.

Nama ini akan digunakan secara efektif oleh PT Bank BRIsyariah Tbk, selaku bank yang menerima penggabungan. Peru bahan nama tersebut akan diikuti dengan pergantian logo. Untuk kantor pusat bank hasil penggabungan akan berada di Jalan Abdul Muis No. 2-4, Jakarta Pusat, yang sebelumnya merupakan kantor pusat BRI Syariah.

Baca juga : Punya Aset Rp 214,6 triliun, Ini Dia Fokus Bank Syariah Indonesia

Direktur Utama Bank Syariah Mandiri ini menjelaskan, nantinya bank syariah hasil penggabungan akan memiliki 10 posisi Direksi. Yakni, Direktur Utama, dua Wakil Direktur Utama, Direktur Wholesale & Transaction Banking, Retail Banking, Sales & Distribution, Information Technology & Operations, Risk Management, Compliance & Human Capital, serta Finance & Strategy. Menurutnya, nama-nama tiap Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) bank hasil penggabungan, akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luat Biasa (RUPSLB).

“Rapat Umum Pemegang Saham Luat Biasa (RUPSLB) BRIS diperkirakan pada 15 Desember 2020,” ungkapnya.

Hery memastikan, segala rencana perubahan dan penyesuaian operasional, telah sesuai dengan tujuan dan kegiatan operasional bank hasil merger.

Dia mengungkapkan, pihaknya memiliki visi menjadikan Bank Syariah Indonesia masuk Top 10 bank syariah terbesar di dunia dalam 5 tahun ke depan. Dan sebagai Top 10 bank terbesar di Indonesia.

“Kehadiran Bank Syariah Indonesia akan menjadi tonggak kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia,” ucap Hery.

Baca juga : Fitur PayLater LumApps Dukung Transformasi Digital di Indonesia

Direktur Utama BRI Syariah Ngatari menekankan, saat ini merger belum efektif. “Kami masih menjalankan sejumlah proses agar dapat memperoleh semua persetujuan dari regulator,” tegasnya.

Direktur Utama Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menambahkan, penetapan nama dan struktur kepengurusan baru bagi bank hasil penggabungan, sejalan dengan upaya pemerintah membentuk ekosistem halal.

“Dengan struktur yang baru ini, gerak bank hasil merger ini mampu menjawab tantangan. Dan segala kebutuhan masyarakat, nasabah, serta pelaku usaha di Indonesia maupun dunia,” harapnya.

Seperti diketahui, Bank Hasil Penggabungan nanti akan memiliki aset mencapai Rp 214,6 triliun. Dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Bank hasil penggabungan akan tetap berstatus sebagai perusahaan terbuka. Dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan ticker code BRIS.

Komposisi pemegang saham pada bank hasil penggabungan yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 51,2 persen, PT Bank Negara Indo nesia (Persero) Tbk (BNI) 25 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 17,4 persen, Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) BRI Saham Syariah 2 persen dan publik 4,4 persen.

Baca juga : Kembangin Energi Terbarukan Butuh Dukungan Pemerintah

Pengamat Ekonomi Syariah Syakir Sula menilai, merger ketiga bank syariah tersebut membuat mimpi menguasai pangsa pasar keuangan syariah, bukan sekadar impian lagi.

“Kita perlu dorong, supaya bank syariah ini, setelah merger, bisa masuk ke pangsa pasar internasional. Dan mampu bersaing dengan bank syariah milik Malaysia ataupun Singapura,” kata Syakir kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Namun, menurutnya, untuk bisa bersaing dengan bank-bank syariah negara tetangga, bank hasil merger ini masih perlu penambahan modal inti agar masuk ke BUKU IV yakni dengan modal inti minimal Rp 30 triliun.

Sebab, ketika di-merger, total modal inti dari ketiga bank ini baru mencapai Rp 20 triliun.

“Kalau sudah BUKU IV, pasti bisa menguasai pasar internasional, apalagi jadi pusat ekonomi dunia. Modal intinya jangan nanggung,” pungkasnya. [IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.