Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Sebagian Dana Sudah Masuk

BUMN Karya Ngantre Kucuran Investasi INA

Rabu, 17 Maret 2021 05:13 WIB
Ilustrasi. (Foto : Istimewa).
Ilustrasi. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Dana asing mulai masuk ke Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Indonesia Investment Authority (INA). Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya telah antre agar mendapatkan kucuran investasi dari lembaga itu.

Saat ini setidaknya terdapat 34 aset jalan tol, 4 proyek ban­dara, dan 4 proyek pelabuhan yang akan ditawarkan INA. Lebih terperinci, proyek jalan tol tersebut terdiri atas 14 proyek tol milik PT Waskita Karya Tbk. (WSKT), 15 tol PT Jasa Marga Tbk. (JSMR), dan 5 tol milik PT Hutama Karya.

Baca juga : Vaksin Yang Didistribusikan Sudah Lolos Uji Kelayakan Dan Keamanan

Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI), Toto Pranoto menyambut positif telah berjalannya INA. Keberadaannya akan mendorong kinerja perseroan negara, khususnya perusahaan pelat merah. Keberadaan INA akan membuat struktur pembiayaan BUMN menjadi lebih seimbang karena ada diversifikasi pembiayaan. Bukan saja di instrument debt seperti issuing global bond, tapi juga sudah mulai masuk di instrument equity.

“Karena investasinya meli­batkan dana besar, maka praktik Good Corporate Governance (GCG) harus dijaga betul,” imbau Toto kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : Ditanya Anang, Aurel Mengangguk Dua Kali Terima Lamaran Atta

Direktur Utama INA, Ridha Wirakusumah menuturkan, untuk permulaan, mungkin sek­tor infrastruktur akan mendapatkan porsi investasi terbanyak. Hal itu wajar mengingat sektor infrastruktur membu­tuhkan modal jumbo. Sektor itu meliputi jalan tol, bandara, pelabuhan, hingga infrastruktur digital yang dinilai harus dikembangkan dengan cepat.

“Beberapa deal yang masuk masih 100 persen terkait infrastruktur. Tapi saya yakin ber­jalannya waktu akan besar juga masuk ke sektor healthcare hingga banyak sektor yang terkait ESG (Environmental, Social, and Governance), termasuk geothermal,” ujar Ridha saat acara Mandiri Investasi Market Outlook 2021, Rabu (10/3).

Baca juga : Partai Koalisi Desak Jokowi Cabut Aturan Investasi Miras

Dia melanjutkan, dalam jangka panjang kebutuhan dana pengembangan infrastruktur di Indonesia diperkirakan mencapai 460 miliar dolar AS (Rp 6.631 triliun). Sementara pemerintah hanya mampu menyediakan 215 miliar dolar AS (Rp 3.099 triliun). Sehingga ada gap 245 miliar dolar AS (Rp 3.532 triliun). Dengan demikian, pe­luang dana masuk ke sektor itu pun lebih besar.

“Modal untuk INA sebesar 5 juta dolar AS (Rp 72 miliar) yang sudah masuk seharusnya dapat menjadi pancingan dan dapat menarik 15 miliar dolar AS (Rp 216 triliun) lainnya atau mungkin lebih besar lagi, karena kalau SWF banyak modelnya,” tutup Ridha.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.