Dark/Light Mode

Indonesia Masih Bisa Tumbuh Di Atas 5 Persen

Minggu, 14 April 2019 07:04 WIB
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal. (Foto: Rilis.id)
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal. (Foto: Rilis.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di kisaran 5,1 persen walapun ekonomi dunia sedang lesu.

“Konsumsi rumah tangga kita masih relatif stabil. Konsumsi akan menahan perlambatan. Tapi kalau mengharapkan lebih tinggi dari 5,1 persen, butuh kejutan dan kerja esktra keras,” ungkap kata Faisal.

Selain kinerja konsumsi, Faisal mengatakan, untuk mendorong agar kinerja ekonomi domestik tetap bisa tumbuh di tengah perlambatan ekonomi dunia yakni dengan melakukan pengurangan impor yang signifikan, baik untuk barang modal maupun barang konsumsi.

Baca juga : Repnas Prediksi Suara Jokowi Tembus 50 Persen di Bogor

Menurutnya, pihaknya melihat kebijakan pemerintah menaikkan tarif pajak penghasilan (PPh) impor barang konsumsi, berjalanefektif. Barang-barang impor terhadap produk yang terkena kenaikan Pph mengalami penurunan.

Hanya saja, jumlah barangnya terbatas, penurunannya masih relatif kecil. Karena porsi barang konsumsi terhadap total impor hanya 10 persen.

Sementara untuk menekan impor barang modal, lanjut Faisal, industri bahan baku di Indonesia harus ditingkatkan. Nah, untuk merealisasikannya memang tidak bisa instan. Walau begitu, pemerintah harus terus mendukungan agar industri bahan baku bisa berkembang.

Baca juga : Industri Kosmetik Diramal Tumbuh 9 Persen

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengungkapkan, pemerintah selama ini sudah secara simultan untuk mengantisipasi resiko perlambatan ekonomi global.

“Pemerintah telah melakukan simplifikasi ekspor, percepatan perizinan usaha, pembangunan infrastruktur, pemberian tax holiday untuk industri pionir berorientasi ekspor dan substitusi impor,” katanya.

Selain itu, lanjut Iskandar, pemerintah sudah menggali potensi di dalam negeri. Misalnya, untuk mengurangi impor minyak dengan menjalankan program penggunaan bahan bakar campur minyak nabari sebesar 20 persen atau B20. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.