Dark/Light Mode

Konversi Kompor LPG Ke Listrik Sulit Gaet Wong Cilik

Masak Urusan Perut, Repot Jika Setrum Masih Byar Pet

Selasa, 27 April 2021 05:58 WIB
Ilustrasi Kompor Listrik. (Foto : Istimewa).
Ilustrasi Kompor Listrik. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian BUMN terus mendorong masyarakat melakukan konversi dari kompor gas menjadi kompor listrik. Tahun ini, pengguna baru telah mencapai lebih dari 50 ribu konsumen.

Pengamat minyak dan gas (migas), sekaligus Direktur Ek­sekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menilai, program kon­versi kompor listrik cukup baik. Namun, dia mengingatkan, ada beberapa catatan untuk memasti­kan program itu berjalan sukses.

Pertama, kebutuhan daya listrik. Untuk memakai kompor listrik memerlukan pasokan listrik yang besar.

Baca juga : Kasihan Rakyat, Sudah Jatuh Kesetrum Juga

Padahal, jika melihat targetnya, program itu untuk mengurangi subsidi LPG 3 kilogram (kg). Sementara pengguna LPG 3 kg, rata-rata rumah tangga dengan daya listrik 450-900 VA.

“Jadi sepertinya agak berat ka­lau untuk menggaet masyarakat bawah (wong cilik-red). Yang bisa dikejar sepertinya golongan menengah ke atas dengan pelang­gan listrik 1.300 VA ke atas,” se­runya kepada Rakyat Merdeka.

Untuk bisa tembus konsumen kelas bawah, lanjut Mamit, memerlukan kebijakan yang me­narik. Misalnya dengan mem­berikan tambah daya gratis un­tuk 1.300 VAk e atas atau promo lainnya. Sehingga, masyarakat mau tambah daya ke golongan yang lebih tinggi.

Baca juga : Operasikan Rute Domestik Berbasis Satelit, AirNav Bikin Maskapai Ngirit Rp 10 Miliar Per Bulan.

Catatan kedua, terkait peralatan dapur. Menurutnya, untuk meng­gunakan kompor listrik, maka memerlukan peralatan memasak dengan spesifikasi yang sesuai dengan kompor listrik. Sehingga, bisa digunakan secara maksimal. Dan ini harganya tidak murah.

“Kalau program mau jalan cepat. PLN atau pemerintah bisa saja memberikan peralatan masaknya secara gratis, agar bisa membantu masyarakat. Tapi, masalahnya itu mem­butuhkan biaya yang tidak sedikit,” terang Mamit.

Ketiga, terkait dengan paso­kan dan keandalan listrik. Ini sangat penting karena kegiatan memasak sangat erat hubungan­nya dengan urusan perut. Jika suatu daerah sering mengalami pemadaman listrik alias byar pet, maka masyarakat akan berpikir seribu kali untuk mengganti kompor gasnya.

Baca juga : Politisi Nasdem : Impor Pangan Urusan Perut, Nggak Bisa Ditunda-tunda

“Berbeda jika menggunakan gas LPG, habis tinggal beli ke warung. Jadi keandalan pasokan listrik ada­lah utama,” tandas Mamit.

Dalam pantauan PLN, hingga Maret 2021, sudah ada lebih dari 50 ribu pemakai baru kompor in­duksi. Untuk memperluas penggu­na, PLN menggandeng kontraktor perumahan, agar para pengembang bisa menawarkan paket rumah dengan kompor induksi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.