Dark/Light Mode

Menteri ESDM: Potensi EBT Indonesia Capai 400 Gigawatt

Kamis, 20 Mei 2021 21:54 WIB
Menteri ESDM Arifin Tasrif saat memberikan arahan dalam acara Malam Penganugerahan Kompetisi Penulisan Artikel EBT IYSRE-Rakyat Merdeka secara virtual, Kamis (20/5) malam. (Foto: Zoom)
Menteri ESDM Arifin Tasrif saat memberikan arahan dalam acara Malam Penganugerahan Kompetisi Penulisan Artikel EBT IYSRE-Rakyat Merdeka secara virtual, Kamis (20/5) malam. (Foto: Zoom)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia memiliki potensi sumber daya Energi Baru Terbarukan (EBT) yang diperkirakan mencapai 400 gigawatt (GW). Sumber daya EBT tersebut terdapat di utara perairan Indonesia.

Diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, perhitungan tersebut diraih dari hasil urun rembuk kementerian bersama salah satu instansi.

"Ternyata sumber baru ini memiliki kecepatan angin yang tinggi, di mana jumlahnya cukup besar di utara perairan Indonesia," ungkap Arifin saat memberikan arahan dalam acara Malam Penganugerahan Kompetisi Penulisan Artikel EBT IYSRE-Rakyat Merdeka secara virtual, Kamis (20/5) malam.

Ia menyebutkan, dalam satu tulisan terbaik lomba artikel EBT IYSRE-Rakyat Merdeka, salah satu pemenang mengangkat ide untuk under ocean geothermal. Diakui Arifin, ndonesia memang memiliki cukup banyak gunung api di dasar laut.

Baca juga : Spain Masters 2021: Tunggal Putri Indonesia Saling Jegal Di Babak Kedua

"Ini menjadi sumber energi. Tapi karena belum kita develop karena cost tinggi. Sekitar 70 gigawatt, kita baru sanggup 10 juta watt yang bersumber dari renewable dalam negeri," imbuhnya.

Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah telah menetapkan target pemanfaatan EBT sebanyak 23 persen dalam bauran energi nasional di tahun 2025.

Arifin menegaskan, dunia terus berkembang. Baru-baru ini dunia dikejutkan dengan implementasi solar panel. Tapi dengan kondisi kemajuan teknologi saat ini, hal itu menjadi salah satu sumber yang potensial untuk dikembangkan.

"Dunia berpikir apa gain changer untuk mendapat zero temperature, ke arah hidrogen yang menjadi andalan," tutur Arifin.

Baca juga : Sampai Di Dubai, Timnas Indonesia Tancap Gas Latihan

Diakuinya, Indonesia sedang menjajaki pemanfaatan dari sumber lain dengan skala besar untuk bisa menghasilkan hidrogen.

"Memang engine-nya (untuk menghasilkan hidrogen) tak mudah. Ini yang banyak negara sudah memprogramkan dengan memproduksi hidrogen. Australia memproduksi hidrogen besar-besaran. Chili, juga sudah memasuki program menghasilkan hidrogen hingga mencapai tenaga listrik 5 gigawatt dengan harapan harga dari 1,5 dolar AS per kilogram menjadi lebih murah sekitar 1 dolar AS per kilogram," jelasnya.

Indonesia sendiri masih punya Pekerjaan Rumah (PR), yakni penggunaan hingga 20 persen energi fosil. Padahal, komunitas internasional tengah mengurangi fosil.

Soalnya, hasil pembakaran fosil berupa C02 yang menyebabkan kerusakan terhadap iklim, serta kenaikan temperatur. "Sehingga pemanfaatan EBT sangat urgent ke depannya," tegas Arifin.

Baca juga : Bela Palestina, Aliansi Pemuda Indonesia Sambangi Kedubes AS

Saat ini, PR Indonesia adalah bagaimana menarik potensi investasi dari investor dalam membangun industri EBT di Indonesia. "Kalau ini terjadi, akan ada multiplier effect, hingga perluasan tenaga kerja," tandasnya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.