Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Harga Kedelai Ngamuk

Siapa Berani Jinakkan

Jumat, 28 Mei 2021 07:27 WIB
Pekerja menyelesaikan pembuatan Tahu Cibuntu di Industri Rumahan di Bandung, Jawa Barat, Senin (24/5/2021). (Foto: ANTARA/Novrian Arbi)
Pekerja menyelesaikan pembuatan Tahu Cibuntu di Industri Rumahan di Bandung, Jawa Barat, Senin (24/5/2021). (Foto: ANTARA/Novrian Arbi)

 Sebelumnya 
Ketiga, akibat flu babi China, otoritas Negeri Tirai Bambu mengubah pola peternakan. Begitu juga di Australia. Karena kekeringan, terjadi depopulasi sapi. Sehingga untuk mengejar populasi di sana, pola pakan ternak bergeser dari semua berbasis rumput, menjadi biji-bijian.

“Jadi rebutan nih. Akibat beberapa negara produksinya terganggu, dan perbaikan di sejumlah negara, harga jadi tinggi. Bukan tidak terpenuhi, tapi harga dunia memang tinggi. Sehingga peternak ayam, pengrajin tahu tempe kesulitan, karena bahan bakunya tinggi. Dan ini nggak bisa dihindari,” papar Oke saat dihubungi, tadi malam.

Anggota Komisi IV DPR, Daniel Johan menjelaskan, 90 persen kebutuhan kedelai dalam negeri dari impor. Sehingga, jika negara produsen menaikkan harga, otomatis harga di dalam negeri terkerek.

Baca juga : Airlangga: Ekonomi Nasional Berangsur Pulih, Ini Indikatornya

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia untuk penyediaan April 2021 berada di kisaran 14,33 dolar AS per bushels atau naik di kisaran 3,69 persen dari penyediaan Maret 2021 yang sebesar 13,82 dolar AS per bushels.

Daniel menilai, yang perlu diberesi adalah ketergantungan impor. Apalagi, pemerintah pernah menargetkan swasembada kedelai sejak 2016. Selanjutnya, Satgas Pangan memastikan pasokan dalam negeri tercukupi di gudang importir.

“Jika cukup maka harga seharusnya tidak melambung tinggi melebihi harga wajar,” ulas politisi PKB ini.

Baca juga : Perajin Putar Otak, Ukuran Tempe Dan Tahu Diperkecil

Ia berharap dengan persoalan ini, pengrajin tidak mogok. Namun perlu ada jaminan juga dari pemerintah. Jika berlarut-larut, para pengrajin tahu tempe bakal rugi, bahkan gulung tikar.

“Sarannya, pemerintah harus lebih cermat dan antisipatif terhadap persoalan kedelai ini. Pemerintah harus jalankan target swasembada kedelai tersebut minimal 50 persen kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi dari hasil pertanian sendiri sudah sangat bagus, petakan daerah yang menjadi sentra kedelai yang cocok,” pungkasnya.

Di dunia maya, melambungnya harga kedelai juga dikeluhkan netizen. “Lagi lagi harga kacang kedelai naik...produsen tahu tempe meringis,” cuit @Wahyu26808320.

Baca juga : Berdebar Menanti Jerinx

“Indonesia negara pertanian, kenapa semua harus diimpor?” tanya @SriBuana13. “Tiap tahun gini terus apa nggak aneh?” timpal @grahadiawan. “PR lagi buat industri pertanian bangsa. Ini salah satu pertahanan pangan nasional,” sambung @Husni58330335. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.