Dark/Light Mode

Harga Kedelai Ngamuk

Siapa Berani Jinakkan

Jumat, 28 Mei 2021 07:27 WIB
Pekerja menyelesaikan pembuatan Tahu Cibuntu di Industri Rumahan di Bandung, Jawa Barat, Senin (24/5/2021). (Foto: ANTARA/Novrian Arbi)
Pekerja menyelesaikan pembuatan Tahu Cibuntu di Industri Rumahan di Bandung, Jawa Barat, Senin (24/5/2021). (Foto: ANTARA/Novrian Arbi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Rakyat kecil sepertinya harus siap-siap kencangkan ikat pinggang lagi. Karena saat ini, harga kedelai di pasaran ngamuk lagi. Akibatnya, tempe dan tahu yang selama ini jadi makanan favorit, otomatis harganya bakal ikut naik. Sebelum rakyat benar-benar tambah susah, ayo siapa yang berani jinakkan kedelai agar jangan ngamuk lagi???

Sudah hampir sepekan, para pengrajin tempe di berbagai daerah mengeluhkan tingginya harga kedelai. Di pasaran, harga kedelai ada yang sampai Rp 12 ribu/kg. Padahal, biasanya, bahan baku pembuat tempe dan tahu ini hanya sekitar Rp 8 ribuan saja.

Tingginya kenaikan tersebut, tentu saja membuat para pengrajin tahu dan tempe menjerit. Mereka putar otak, agar produksi tempe tetap untung di tengah mahalnya harga kedelai. Ada yang memilih menaikkan harga tempe 40-60 persen di banding harga normal. Ada juga yang memilih tidak menaikkan harga, tapi memangkas ukuran tempe dan tahu.

Baca juga : Airlangga: Ekonomi Nasional Berangsur Pulih, Ini Indikatornya

Meskipun cara itu sudah dilakukan, tetap saja para pengrajin mengeluh.

Pendapatan mereka anjlok. Bahkan ada yang sudah beberapa hari ini tidak mendapatkan untung hingga mengalami kerugian.

Di Jawa Barat, mulai hari ini (28/5), sejumlah pedagang tempe berencana akan mogok produksi. Aksi itu dilakukan untuk memprotes tingginya harga kedelai yang tentu saja membebankan ongkos produksi.

Baca juga : Perajin Putar Otak, Ukuran Tempe Dan Tahu Diperkecil

Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifudin menyebut, penurunan produksi mulai dilakukan pengrajin di sejumlah wilayah di Jabar. Hal ini dilakukan demi menekan kerugian yang bisa timbul karena pengrajin tidak bisa langsung menaikkan harga jual tahu dan tempe.

Ketua Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Kopti) Kabupaten Bandung Ghufron mengatakan, harga kedelai naik hingga 40 persen sejak Oktober 2020. Puncaknya, setelah Lebaran. Biasanya Rp 8 -9 ribu per kg, sekarang naik hingga Rp 11 ribu. Di luar Jawa, sudah menyentuh angka Rp 12 ribu per kg.

Kenapa harga kedelai bisa ngamuk? Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan kasih alasannya.

Baca juga : Berdebar Menanti Jerinx

Pertama, Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan masih bergantung impor. Kedua, ada terjadi gangguan produksi karena faktor alam di negara produsen kedelai seperti Brazil dan Argentina.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.