Dark/Light Mode

Pengolahan Sampah

Kembangkan Ekonomi Sirkular, Pemerintah Bisa Gandeng Swasta

Senin, 5 Juli 2021 18:18 WIB
Diskusi Solusi Inovatif dan Public Private Partnership dalam Implementasi Ekonomi Sirkular. (Foto: ist)
Diskusi Solusi Inovatif dan Public Private Partnership dalam Implementasi Ekonomi Sirkular. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia menghasilkan sampah puluhan ribu ton per harinya. Untuk mengatasi hal ini, perlu kerja sama semua pihak.

CEO PT Reciki Solusi Indonesia, Bhima Aries Diyanto mengatakan, Indonesia menjadi negara terbesar kedua pembuang sampah makanan. Namun, di tengah meningkatnya sampah, jumlah luasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah tetap.

“Rata-rata TPA yang ada hanya bisa mampu menampung 2-3 tahun lagi,” ujarnya dalam diskusi Solusi Inovatif dan Public Private Partnership dalam Implementasi Ekonomi Sirkular yang digelar Danone, Senin (5/7).

Menurut dia, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 69 persen sampah dibuang ke TPA. Sedangkan sisanya: dibakar 5 persen, didaur ulang jadi kompos 8 persen, dikubur 10 persen, dan dibuang ke sungai atau laut 9 persen.

Baca juga : IKM Konveksi Mandek Produksi, Pemerintah Cari Dong Solusi

Menurut dia, untuk mengatasi masalah sampah salah satunya dengan penerapan sampah sirkular. Dibandingkan dengan pengolahan sampah linear, kata dia, pengolahan sampah sirkular membentuk ekonomi sirkular, menggunakan sedikit lahan TPA, membuka lapangan kerja baru dan menyuburkan tanah.

Namun, kata dia, pengolahan sampah sirkular juga ada kekurangannya lebih mahal, rumit dan memakan waktu. “Butuh perubahan perilaku masyarakat untuk memilah sampah,” bebernya.

Menurut dia, untuk menciptakan ekonomi sirkular ini perlu multikilaborasi, inovasi dan teknologi, dan produksi rendah karbon. Tidak lupa juga investasi. Terkait masalah pendanaan, pemerintah bisa menggandeng sektor privat atau Public Private Partneship (PPP). 

Bhima lalu menjelaskan, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sampahku Tanggungjawabku (Samtaku) terbesar di Jawa Timur. TPST tersebut dibangun di Desa Tambakrigadung Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan di atas lahan seluas 5500 meter persegi dan mampu menampung 60 ton sampah per harinya. 

Baca juga : Kemenhub: Simpul Keberangkatan Transportasi Siap Beri Vaksin Gratis

TPST Samtaku dijalankan  tujuh orang di bawah  management PT Reciki Solusi Indonesia. TPST ini mampu melayani pelanggan yang terdiri dari 15000 kepala keluarga dan perkantoran di kawasan industri Lamongan.

Sejak dioperasikan pada Bulan Mei-Agustus 2020, TPST mampu mengurangi laju sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tambak Rigadung Kecamatan Lamongan dan Dadapan Kecamatan Solokuro sebesar 18 persen dari 152,38 ton menjadi 106,46 ton. 

Diproyeksikan ke depannya TPST akan mampu mengurangi sampah ke TPA hingga 90 persen. Pengurangan tersebut terjadi karena adanya proses pengelolaan sampah.

CEO sekaligus Co-founder Octopus, Moehammad Ichsan juga menilai, pengelolaan sampah di Tanah Air masih rendah. Untuk mengatasi sampah, dia membuat aplikasi Octopus yang memungkinkan penggunanya menyetorkan kemasan bekas pakai untuk didaur ulang. 

Baca juga : Pertamina Gelar Pelatihan Budidaya Ikan Lele Di Tasikmalaya

Pengguna, dengan target utama anak muda yang sudah peduli lingkungan, akan mendapat imbalan seperti voucher potongan harga saat membeli kopi-kopi kekinian. “Aplikasi pengumpulan kemasan bekas pakai, berkembang pesat seiring makin tingginya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, terutama memberdayagunakan produksi sampah secara sistematis,” ujarnya.

Ichsan mengatakan, saat ini Octopus memiliki 3 mobile apps, yaitu untuk pengguna (consumers), pelestari (waste collectors), dan pebisnis produksi sampah (checkpoints). Ketiga aplikasi ini telah besinergi sangat baik dan berhasil mengumpulkan 9,9 juta produk sampah dari para pengguna. 

Saat ini Octopus Indonesia memiliki 35 ribu pengguna aplikasi, 1.600 mitra pengepul dan bank sampah tempat Pelestari menyetorkan sampah yang diangkut. Aplikasi Octopus telah hadir di kota Makassar, Badung (Bali), Gianyar (Bali), Denpasar, dan akan segera hadir di Bandung. [DIT]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.