Dark/Light Mode

Strategi Redam Volatilitas Pasar Keuangan, BNI Dan PLN Luncurkan Buku Pintar Hedging

Senin, 12 Juli 2021 18:53 WIB
BNI dan PLN bersinergi menerbitkan Buku Pintar Hedging yang diluncurkan secara virtual, di Jakarta, Senin (12/7). (Foto: Dok. BNI)
BNI dan PLN bersinergi menerbitkan Buku Pintar Hedging yang diluncurkan secara virtual, di Jakarta, Senin (12/7). (Foto: Dok. BNI)

 Sebelumnya 
Menurutnya pergerakan nilai tukar Rupiah yang terlalu berfluktasi akan sangat berpengaruh pada perusahaan yang banyak menggunakan valuta asing.

Ketidaksiapan suatu perusahaan dalam menghadapi gejolak di pasar uang dunia ini kerap menimbulkan risiko, antara lain mismatch antara ketersediaan mata uang asing dengan pembayaran atau kewajiban, bahkan dapat menyebabkan kerugian valuta asing.

PLN dan BNI memiliki pengalaman yang cukup panjang dalam bekerjasama melakukan hedging. Bahkan kedua BUMN ini menjadi anggota Task Force Hedging BUMN yang bertugas mengajak perusahaan lain untuk melakukan hedging.

“Hedging itu diperlukan untuk mengantisipasi pemburukan di masa mendatang. Dapat dilihat dimana kerjasama hedging yang dilaksanakan antara BNI dengan PLN berjalan menguntungkan keduanya dalam pemenuhan kebutuhan valas. Volume transaksi PLN pun meningkat 32,36 persen di 2020 dibanding 2019,” ujar Henry, Senin (12/7).

Baca juga : Permintaan Pasar Meningkat, 3iMed Luncurkan 3 Jenis Masker

Sementara itu, Sinthya Roesly menyebutkan bahwa PLN mengelola Belanja Operasional Rp 330 triliun per tahun, Belanja Modal senilai Rp 80 triliun hingga Rp 100 triliun pertahun, atau ada uang beredar di PLN sekitar Rp 1 triliun per hari.

Sinthya Roesly menambahkan dalam konteks dana kelolaan yang mencapai sekitar Rp 400 triliun tersebut, PLN mencatat sekitar 30 persen diantaranya berupa valuta asing, atau sekitar 8,5 miliar USD. Dimana Sebagian berasal dari pinjaman asing dalam denominasi USD,Yen, atau mata uang asing lainnya.

“Kondisi tersebut membuat hedging menjadi Langkah yang sangat penting bagi PLN. Karena kami harus menjaga rasio likuiditas minimum. Dengan tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dan sejalan dengan regulator,” ujarnya.

Sinthya Roesly menekankan bahwa dalam melaksanakan hedging tersebut, peran bank menjadi sangat penting sebagai bagian dari mata rantai pengelolaan risiko mata uang ini. Untuk itu, kompetensi dalam mengelola risiko mata uang perlu terus dibangun di lingkungan PLN.

Baca juga : Terangi 10 Desa Di Nias, PLN kucurkan Rp 11,35 Miliar

Atas dasar itulah dibutuhkan sebuah Buku Pintar Hedging yang diharapkan akan menjadi panduan bagi insan muda PLN ke depan.

“Kami sangat berterimakasih dengan BNI karena dalam 1 bulan bisa menerbitkan buku ini, sehingga kami memiliki panduan dalam mengelola risiko valas yang sangat dekat dengan kami," ujarnya.

Menurutnya buku ini akan menjadi pegangan buat individu – individu di PLN yang sebagian besar merupakan para insinyur teknis yang membutuhkan buku operasional hedging.

Sementara itu, EVP Perbendaharaan PT PLN (Persero) Iskandar menuturkan, Buku PIntar Hedging ini diterbitkan dengan 100 halaman. Rencananya, buku tersebut akan dicetak sebanyak 250–300 dan akan disebarkan ke internal PLN dan BNI.

Baca juga : Teknologi Dan Inovasi Sektor Keuangan, Mantapkan Upaya Menuju Green Economy

“Buku dapat menjadi pedoman bagaimana menjalankan hedging agar tetap memenuhi prinsip–prinsip tata kelola yang baik dan ada landasan legal, sehingga PLN menjalankannya dengan percaya diri,” ujar Iskandar.[SRI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.