Dark/Light Mode

Hasil Survei BI Maret, Penjualan Eceran Terkerek

Rabu, 8 Mei 2019 13:07 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia (BI). (Foto : Net).
Ilustrasi Bank Indonesia (BI). (Foto : Net).

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) merilis hasil survei penjualan eceran pada Maret 2019. Berdasarkan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret 2019, penjualan eceran tumbuh sebesar 10,1 persen (Year on Year /YoY), meningkat dibandingkan Februari sebesar 9,1 persen. 

Pertumbuhan itu ditopang oleh penjualan sub-kelompok sandang, terutama pakaian jadi dan produk alas kaki maupun perlengkapannya. Kemudian, kelompok suku cadang dan aksesoris yang masing-masing tercatat tumbuh 41,2 persen (YoY) dan 20,7 persen (YoY), meningkat dibandingkan 33,7 persen (YoY) dan 20,7 persen (YoY) pada bulan sebelumnya. 

Baca juga : TNI Perketat Penjagaan Gedung KPU

“Pertumbuhan IPR di sebagian besar kota yang disurvei tercatat mengalami pertumbuhan positif. Penjualan eceran di Surabaya terdeteksi tumbuh paling tinggi mencapai 50,8 persen (YoY) diikuti oleh Manado sebesar 34 persen (YoY),” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko melalui keterangan resmi BI, kemarin. 

Meski terpantau tumbuh pada Maret, lanjut Onny, BI menangkap indikasi laju penjualan eceran pada April 2019 akan mengalami perlambatan. Itu tercermin dari IPR April 2019 yang tumbuh sebesar 5,7 persen (YoY) atau melambat dari IPR Maret yang sebesar 10,1 persen. 

Baca juga : Datang Judes, Pulang Girang

Pertumbuhan penjualan eceran pada April masih ditopang oleh sub-kelompok komoditas sandang, terutama pakaian jadi serta kelompok suku cadang dan aksesoris yang masing-masing tumbuh 22 persen (YoY) dan 15,5 persen (YoY).

Selain itu, hasil survei mengindikasikan tekanan harga di tingkat pedagang eceran dalam tiga bulan mendatang. Hal tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang sebesar 174,6, meningkat dari 153,9 pada bulan sebelumnya. “Ini dipengaruhi oleh tekanan inflasi yang cenderung meningkat menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri,” tutur Onny. 

Baca juga : Kedubes Saudi Imbau Warganya Tinggalkan Sri Lanka

Menurut Onny, peningkatan tekanan kenaikan harga disebabkan karena belum normalnya pasokan pasca Ramadan dan Idul Fitri. Tekanan kenaikan harga diperkirakan bakal menurun pada September 2019 yang terindikasi dari nilai IEH enam bulan mendatang sebesar 152,8 dari 155,3 pada bulan sebelumnya. 

“Namun, survei BI melihat puncak konsumsi masyarakat ini akan dibayangi oleh peralihan kebutuhan tahun ajaran baru pada Juli mendatang,” tegasnya. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.