Dark/Light Mode

Dirut NSS Teguh Patriawan: Industri Sawit Topang Perekonomian Indonesia

Sabtu, 18 September 2021 09:21 WIB
PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS). (Foto: Ist)
PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sudah sejak lama kampanye hitam terhadap industri dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus didengungkan sejumlah pihak. Direktur Utama (Dirut) sekaligus pendiri PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) Teguh Patriawan menyatakan, untuk meng-counter kampanye hitam ini, data akurat terkait industri dan perkebunan sawit menjadi kunci.

"Kita counter dengan data yang ada. Bahwa kampanye hitam yang dihembuskan itu tidak benar. Kita hembuskan balik kampanye putih, bahwa industri sawit juga ramah lingkungan dan terus mendorong penerapan prinsip sustainable development secara konsisten," ungkap Teguh dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (18/9).

Teguh bersyukur, komoditas kelapa sawit masih bertahan. Meskipun badai kampanye hitam gencar menyerang. Sebab, industri kelapa sawit amat menopang perekonomian Indonesia.

Baca juga : Ketum Kadin: Untungkan Korporasi Dan Perekonomian Indonesia

"Jika hari ini tidak ada kelapa sawit, Indonesia bisa kehilangan sumber devisa ekspor sekitar 20 miliar hingga 25 miliar dolar AS per tahun dari total nilai ekspor sebesar 200 miliar dolar AS per tahun," ungkapnya.

Artinya, akan ada 8 sampai 10 juta tenaga kerja terancam menganggur. Imbasnya penerimaan pajak negara juga otomatis berkurang.

"Saya yakin, ke depan, kelapa sawit akan menjadi tanaman yang diunggulkan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia. Produktivitas tanaman sawit jauh lebih besar dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lain, seperti rapeseed, bunga matahari, kedelai atau jagung, sehingga penggunaan lahan lebih efisien," yakinnya.  

Baca juga : Dubes Andri Hadi Resmikan Asosiasi Benelux-Indonesia

Saat ini Teguh aktif di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). Dia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Tetap Perkebunan. Sebagai pengurus Kadin, Teguh ikut aktif berjibaku mengatasi kampanye hitam kelapa sawit.  

Pria kelahiran Jombang, Maret 1948 ini pada awal kariernya menggeluti bidang kehutanan. Setelah lulus dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, tahun 1975, Teguh menjadi Foreman Reseach and Regeneration di sebuah Perusahaan Perkayuan, Plywood dan Hutan Tanaman Industri. Teguh juga pernah memiliki pengalaman bekerja di pemerintahan, ia pernah menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Kerjasama Bilateral, Biro Perencanaan, Kementerian Kehutanan, sekitar tahun 1979 hingga 1984.

Akhirnya, tahun 1991, dia meninggalkan bidang kehutanan dan beralih ke perkebunan kelapa sawit. Menurut Teguh, Bidang kehutanan dan perkebunan memiliki perbedaan dalam proses bisnisnya. Pada perkebunan kelapa sawit terdapat proses untuk mendapatkan hasil panen. Ada masa tanam, perawatan hingga panen.

Baca juga : Juara US Open, Remaja Inggris Ini Saingi Serena Williams

"Artinya, jika persyaratan tidak dipenuhi, maka hasilnya tidak akan sesuai harapan. Ada proses dari tidak ada menjadi ada. Tidak hanya mengandalkan apa yang sediakan alam," tuturnya.

Dia menikmati proses budidaya di perkebunan kelapa sawit. Ini adalah pohon yang ditanam untuk dapat menyimpan karbon dioksida dari atmosfer dalam jangka waktu lama atau sekuestrasi karbon. Inilah yang menjadikan perkebunan kelapa sawit bisa dikelola dengan prinsip sustainable development dan ramah lingkungan.

Proses kerja perkebunan kelapa sawit bagi Teguh sangat menarik. Yang paling menarik dari dunia perkelapasawitan adalah ketelitian dan keseriusan dalam mengikuti prosesnya, mulai dari memilih bibit dan merawat tanaman hingga menghasilkan buah sawit yang dapat diolah menjadi minyak nabati berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.