Dark/Light Mode

Produktivitas Gula Turun Sejak RI Belum Merdeka

Ini Jadi Tantangan PTPN Group

Sabtu, 25 September 2021 12:34 WIB
Tebu. (Foto: Ist)
Tebu. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penurunan produktivitas gula nasional bukan baru sekarang terjadi. Kondisi itu, sudah terjadi sebelum zaman Indonesia belum merdeka.

Guru Besar Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian UGM Prof Irham memandang, peluang RI meningkatkan produksi gula nasional terbuka lebar.

Banyak caranya. Salah satunya, perusahaan mesti bersinergi. Selain itu, juga melibatkan petani dengan memanfaatkan teknologi.

"Berdasarkan riset yang telah kami lakukan, ada optimisme untuk dapat mewujudkan ketahanan gula konsumsi nasional, salah satunya melalui program kemitraan berbasis Konsolidasi Manajemen Tebu Rakyat,” ungkap Irham dalam Webinar yang digelar Pusat Kajian Kebijakan Pertanian UGM, dikutip Sabtu (25/9).

Baca juga : Rerie Serukan Bangun Kemandirian Bangsa Demi Hadapi Tantangan Pasca Pandemi

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan, kondisi ini adalah tantangan. Ketahanan gula konsumsi nasional menjadi salah satu fokus utama bagi Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero).

"Berbagai langkah ditempuh untuk menjawab tantangan ini, melalui transformasi perusahaan terutama dalam menjalankan bisnis gula," ujar Abdul Ghani.

Tidak mudah memang untuk mendongkrak bisnis gula nasional. Produksi gula nasional sejak 1930 sampai dengan 2020, cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini perlu diperbaiki, sehingga negara tidak tergantung pada gula impor.

“Kami sangat miris melihat perkembangan industri gula, sejak tahun 1930 yang terjadi adalah penurunan produktivitas. Kami berdiskusi dengan para pakar dan kami sepakat bahwa PTPN harus menjadi backbone kemandirian gula nasional,” papar Abdul Ghani.

Baca juga : Komunikasi Relasional Mewujudkan Indonesia Tangguh Melawan Covid-19

Holding PTPN mengambil langkah cepat dan terukur dengan melihat semua peluang yang ada. Selain itu, kata Ghani, Holding Perkebunan akan mengurangi risiko-risiko yang berpotensi muncul sehingga tujuan utama transformasi bisnis gula tetap tercapai.

"Adapun empat tujuan utama trasformasi bisnis gula PTPN yakni mewujudkan kemandirian gula konsumsi, mengurangi impor gula, meningkatkan kesejahteran petani dan menjaga stabilitas harga gula ritel," bebernya.

Dalam mewujudkan tujuan transformasi bisnis gula, Holding PTPN melakukan restrukturisasi bisnis gula, sebagai langkah strategis menjawab tantangan ketahanan gula konsumsi nasional.

Restrukturisasi bisnis gula tersebut merupakan bagian dari 88 Program Strategis Kementerian BUMN, Kabinet Indonesia Maju 2020-2024.

Baca juga : Pemerintah Injak Rem Darurat, Menperin Minta Industri Tetap Jaga Prokes

Salah satu langkah strategis yang dilakukan Holding Perkebunan Nusantara adalah penandatanganan akta notaris pendirian Sugar Co,. bertepatan dengan HUT RI ke-76, 17 Agustus lalu.

Akta notaris tersebut menandai terbentuknya entitas baru bernama PT Sinergi Gula Nusantara. PT Sinergi Gula Nusantara merupakan gabungan tujuh PTPN pengelola perkebunan tebu.

Yaitu PTPN II di Sumatera Utara, PTPN VII di Lampung, PTPN IX di Jawa Tengah, PTPN X, PTPN XI, dan PTPN XII di Jawa Timur, serta PTPN XIV di Sulawesi Selatan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.