Dark/Light Mode

Hasil Kunjungan Tim KSP

Pembangunan Sarana Wisata Di Pulau Rinca Tak Ganggu Komodo

Kamis, 30 Desember 2021 10:08 WIB
Bangunan elevated track setinggi 3 meter dari permukaan tanah di Pulau Rinca, jalur untuk wisatawan melihat langsung satwa komodo dengan jarak pandang lebih luas. (Foto: ist)
Bangunan elevated track setinggi 3 meter dari permukaan tanah di Pulau Rinca, jalur untuk wisatawan melihat langsung satwa komodo dengan jarak pandang lebih luas. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kantor Staf Presiden (KSP) mengirim tim untuk melakukan verifikasi pembangunan pembangunan sarana wisata Loh Buaya di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo (TNK). Hal ini untuk menjawab kekhawatiran masyarakat yang menyebut pulau itu akan dibangun Taman Jurrasic.

Untuk diketahui, sebuah informasi yang menyebutkan Indonesia akan membangun Taman Jurrasic di TNK bikin heboh. Selain menjadi perbincangan di kalangan penggiat lingkungan dalam negeri, informasi tersebut sempat menjadi konsumsi hingga di luar negeri. 

Kekhawatiran tersebut bisa dipahami, karena informasi itu diasosiasikan dengan film Jurrasic Park yang sempat menjadi tontonan dalam deretan Box Office dunia. 

Memang, Presiden Jokowi mencetuskan program wisata premium di kawasan konservasi Taman Nasional Komodo (TNK) Nusa Tenggara Timur (NTT), pada akhir tahun lalu. 

Baca juga : Pembiayaan Swasta Sulit Diwujudkan

KSP pun mengirim utusannya ke lapangan untuk menjawab kekhawatiran masyarakat tersebut. Salah satu lokasi yang dikunjungi, yakni Pulau Rinca, tempat dibangunnya Taman Jurrasic.

Pulau Rinca terletak di sebelah barat Flores dengan dipisahkan selat Molo. Memiliki luas 20.000 hektare, Pulau yang menjadi habitat alami Komodo ini merupakan pulau terbesar kedua di Taman Nasional Komodo, NTT. Lebih dari separuh luas pulau Rinca ditutupi sabana dengan sebaran hutan gugur terbuka dan mangrove.

Melihat penataan sarana di Pulau Rinca ternyata jauh dari kesan mewah. Tim KSP memantau, proses pembangunan sarana wisata Loh Buaya di Pulau Rinca sudah mendekati tahap akhir. Dari luas keseluruhan Pulau Rinca 20.000 hektare, pembangunan penataan sarana hanya berada di area 1,3 hektare. Itupun berada di pinggir pulau dengan jarak 500 meter dari dermaga Loh Buaya. 

Dari dermaga Loh Buaya, akan langsung melewati elevated track setinggi rata-rata tiga meter dari tanah dengan pepohonan liar di sekitarnya. Tiga bangunan dengan design tradisional pun ditempatkan layaknya rumah panggung. 

Baca juga : Ganjar Puji Indahnya Toleransi Beragama Di Jateng, Vaksinasi Tak Pandang Agama Jadi Contoh

Selama berada di lokasi, belasan komodo berjemur santai di tanah. Satwa purba yang sudah ada sejak 3,5 juta tahun lalu itu tidak terganggu dengan kehadiran manusia. Hanya ada satu bagunan menjejak tanah yang digagas untuk museum, toilet, dan pengamatan langsung komodo dari jarak lebih dekat. 

Yang menarik dalam pembangunan sarana ini, terlihat sangat memperhatikan kondisi layaknya habitat asli. Sebelumnya, pengunjung di Pulau Rinca harus melewati jalan setapak di tanah. Sejumlah bangunan yang dulu dipakai untuk pos penjagaan dan tempat pengamatan bagi para ilmuwan, kini sudah dibongkar.

Sementara sarana yang dibangun saat ini, memberi ruang gerak lebih bebas pada komodo. Jalan setapak yang diubah menjadi elevated track, bakal mengurangi persimpangan langsung antara komodo dan manusia. Bangunan bagi staf taman nasional dan peneliti, sekarang dibuat melayang.

“Saya melihat ini masalah disinformasi ke publik,” kata Tenaga Ahli Utama Agung Rulianto yang memimpin tim KSP di lapangan. 

Baca juga : 3 Penumpang Bus Jurusan Pekanbaru-Jawa Diturunkan

Informasi yang disebar dikaitkan dengan film Jurrasic Park yang menggambarkan tragedi captivating animal, langsung membuat kesan horor. “Padahal situasi di sini, komodo, rusa, dan babi hutan bebas berkeliaran,” kata Agung, Kamis (30/12). 

Kepala Balai Taman Nasional Komodo (TNK), Lukita Awang Nistyantara yang mendampingi selama kunjungan, menyebutkan bahwa sarana yang dibangun sengaja mengambil jalur yang tidak terdapat sarang komodo. “Di sini (Pulau Rinca) terdapat 1.300 Individu. Dari data kami 2002-2021 sejauh ini populasinya stabil,” kata Lukita. 

Sehingga dia memastikan pembangunan sarana tidak berpengaruh pada menurunnya populasi komodo. Lukita menambahkan, elevated track yang dibuat saat ini membuat pergerakan komodo lebih bebas dan tidak terganggu manusia. Sementara jika nanti ada wisatawan yang datang, jarak pandangnya akan lebih luas karena posisinya beberapa meter diatas tanah. “Mereka bisa melihat komodo melintas dibawah kaki,” kata Lukita. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.