Dark/Light Mode

Transformasi Digitalisasi Perpustakaan Suatu Keharusan

Selasa, 19 April 2022 14:19 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (Foto: Istimewa)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Revolusi Industri 4.0 memiliki ciri utama menggabungkan antara teknologi komunikasi dan informasi dalam bidang industri. Munculnya Revolusi Industri 4.0 menyebabkan perubahan yang sangat pesat dalam berbagai sektor kehidupan dan berdampak pada efektivitas dan efisiensi dalam proses kinerja.

Revolusi Industri 4.0 erat kaitannya dengan literasi, transformasi digital, dan disrupsi pasar kerja yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Revolusi Industri 4.0 menekankan pada kecepatan dan luasnya jaringan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan World Economic Forum pada 2020, sebanyak 60 persen pekerjaan di dunia akan menggunakan otomasi dan sebanyak 30 persen pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia akan digantikan mesin dengan penggunaan teknologi canggih secara massif.

Baca juga : Bank DKI Dorong Digitalisasi Di Pasar Kedoya Lewat SIAP QRIS

Pada 2022, diprediksi akan ada 26 juta pekerjaan baru tercipta di bidang UMKM dengan bangkitnya e-commerce. Kondisi ini makin terdistrupsi akibat dampak pandemi Covid-19, yang pada dua tahun terakhir masyarakat secara tidak langsung dipaksa melakukan perubahan gaya hidup dengan cepat.

Untuk memfasilitasi masyarakat terhadap dua jenis keterampilan mendasar dan penting tersebut, perpustakaan mengimplementasikan transformasi perpustakaan sebagai solusi atas terbatasnya anggaran dan kesenjangan yang sangat luas terhadap akses informasi bahan bacaan. Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengatakan, transformasi terkait dengan membangun ekosistem digital nasional sangat mendesak. Salah satunya membangun jaringan.

Baca juga : Buang Arogansi Dalam Momen Ramadan Dan Perayaan Jumat Agung

“Kami mengumpulkan informasi yang berserakan di masyarakat. Karena di seluruh dunia, ini merupakan tugas dari pustakawan. Kemudian didiseminasi dan dikemas ulang dalam bentuk informasi jadi, sehingga memudahkan para pengguna dalam memanfaatkannya," jelasnya, dalam talk show di Antara TV bekerja sama dengan Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas bertemakan “Transformasi Perpustakaan Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional”, Selasa (19/4).

Syarif mengungkapkan, di sepanjang 2022, Perpusnas menargetkan minimal 1 juta content creator untuk tampil di channel YouTube Perpusnas dengan memanfaatkan Perpusnas sebagai pusat informasi. “Jadi, kami tidak menciptakan aplikasi khusus, tapi fokus membangun jaringan,” ucapnya.

Baca juga : Telkom Percepat Digitalisasi UMKM Di Tanah Minang

Misalnya, produk sarung atau pintu ukir Bali yang dipasarkan melalui marketplace Alibaba. Dijual dengan harga ratusan dolar AS, tapi belum ada buku cara membuatnya. Syarif menegaskan, semua bisa jadi pengusaha dengan produk yang ada. Tinggal, bagaimana membangun ekosistem dengan produk terstruktur melalui UMKM.

“Apa peran perpustakaan? Semua ada ilmunya. Ada buku tentang ilmu terapan yang bisa dicari melalui perpustakaan. Kemudian literasi digital, pelatihan bagi warga terdampak Covid-19 berdasarkan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” beber Syarif.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.