Dark/Light Mode

Wamen Pertahanan M Herindra

Pancasila vis-a-vis Globalisasi Dan Kesadaran Milenial

Senin, 6 Juni 2022 07:42 WIB
Wakil Menteri Pertahanan M Herindra (Foto: Istimewa)
Wakil Menteri Pertahanan M Herindra (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Maraknya jejaring sosial dan kemudahan mengakses informasi, tidak akan mampu membatasi rasa ingin tahu kelompok pengguna aktif internet di Indonesia dalam menembus lorong-lorong ideologi alternatif ini. Serta menyebarluaskannya untuk kepentingan kelompok dan individu tertentu. Baik dalam bentuk berita hoaks, penipuan, ujaran kebencian, dan diskriminasi.

Sebuah survey yang dirilis Microsoft pada 2020 tentang Civility, Safety, and Interaction Online – 2020 menunjukkan adanya peningkatan global dalam penyebaran berita-berita hoax, penipuan (frauds and scams), ujaran kebencian (hate speech) dan diskriminasi (discrimination).

Kita memahami, globalisasi merupakan arus yang akan terus bergerak masuk ke Indonesia. Menjadi penting dalam konteks ini, adalah bagaimana kita merespons desakan arus globalisasi ini. Tanpa melupakan jati diri bangsa.

Pada hakikatnya, Pancasila merupakan ideologi terbuka yang mampu menyerap nilai-nilai baru, yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Tekanan terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam kelima sila dari Pancasila, merupakan refleksi atas kekuatan dari kelima sila tersebut.

Sila pertama, yaitu Sila Ketuhanan, merupakan fondasi yang mendasari kita, untuk hidup dalam damai dan toleransi terhadap sesama umat beragama.

Baca juga : Mega Kasih Alasan Logis

Menonjolkan identitas keagamaan secara berlebihan, hanya akan menyulut api dalam sekam. Terutama, di kalangan akar rumput.

Pada sila kedua, ujaran untuk menghargai sesama manusia menjadi nilai dasarnya. Ujaran kebencian dan diskriminasi, tentu tidak mendapat tempat dalam sebuah masyarakat, yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

Sila ketiga, yaitu Sila Persatuan, menjadi peletak dasar bagi “rumah bangsa” yang bernama Indonesia.

Identitas kultural seharusnya menjadi kekuatan dan kekayaan yang mempersatukan bangsa. Tidak menjadi alasan bagi berkembangnya primordialisme, dalam bentuk cyber bullying (perundungan di media siber).

Benar bahwa homogenitas menjadi sebuah keistimewaan (privilege) bagi suatu bangsa, untuk tetap bersatu. Namun, heterogenitas bukanlah suatu alasan untuk terpecah belah.

Baca juga : Puan: Pancasila, Aset Terbesar Yang Dimiliki Indonesia

Sebaliknya, heterogenitas menjadi kebanggaan dan kekayaan atas jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

Dalam sila keempat, yaitu sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, terdapat gambaran atas makna demokrasi di Indonesia.

Sila ini sekaligus menutup ruang bagi korupsi, penyalahgunaan wewenang, serta berbagai upaya yang bertujuan menciptakan polarisasi dalam masyarakat akar rumput.

Sedangkan sila kelima, yaitu Sila Keadilan Sosial, menjadi dasar penangkal bagi tersulutnya berbagai kecemburuan sosial, yang bisa bermuara pada konflik sosial.

Situasi ini sangat mudah diperkeruh oleh penyebaran berita-berita hoaks dan penipuan. Karena distorsi informasi, merupakan ancaman nyata terhadap masa depan dan eksistensi bangsa.

Baca juga : Harlah Pancasila, Wapres Kenakan Pakaian Adat Melayu

Adalah Generasi Milenial yang tumbuh di tengah derasnya perkembangan era digital 4.0.

PEW Research Center menyebut, kelompok Generasi Milenial adalah mereka yang lahir pada periode tahun 1981-1996 (atau setidaknya mereka yang berusia antara 26 hingga 41 tahun per 2022 ini).

Tidak berlebihan, jika kemudian kita mengatakan bahwa di tangan Generasi Milenial inilah, terletak pengaruh yang sangat kuat dalam keberlangsungan eksistensi bangsa di masa depan. Utamanya, saat kita memasuki Indonesia Emas 2045.

Juga pada saat kita berkontribusi terhadap perdamaian dan pemulihan ekonomi dunia, sebagaimana semangat yang kita usung dalam Presidensi G20, recover together recover stronger. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.