Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Literasi Dipercaya Bisa Tingkatkan Produksi Sawit

Kamis, 7 Juli 2022 20:09 WIB
Peresmian Perpustakaan Umum Daerah Batang Hari. (Foto: Dok. Perpusnas)
Peresmian Perpustakaan Umum Daerah Batang Hari. (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wilayah Sumatera dikenal sebagai penghasil kelapa sawit dunia. Potensi ini harusnya mampu memaksimalkan kesejahteraan masyarakat. Nyatanya, tidak demikian. Faktor literasi penting agar produktivitas kelapa sawit kembali meningkat.

Demikian disampaikan Bupati Batang Hari, Muhammad Fadhil Arief, ketika membuka talk show Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), Kamis, (7/7). Produksi sawit di Batang Hari saat ini hanya 7 kuintal per hektar tiap bulannya. Jauh dari kondisi ideal. Bupati Arief meyakini, jika masyarakat memiliki bekal pengetahuan dan informasi yang baik, petani sawit di Batang Hari sanggup menghasilkan 3 ton per hektar per bulan.

“Masyarakat Batang Hari 82 persen berprofesi sebagai petani sawit. Namun, justru perusahaan besar yang menikmati hasil dari sawit,” ungkap Afier, seperti keterangan yang diterima redaksi, Kamis (7/7).

Oleh karena itu, Arief berpesan agar para petani sawit di Batang Hari meningkatkan pengetahuannya. Masyarakat harus sadar dan paham bahwa siapa pun akan tertinggal jika cepat beradaptasi. Itulah pentingnya memiliki kemampuan pengetahuan yang diperoleh dengan membaca.

Baca juga : Khofifah Bisa Kalahkan Puan

“Di sinilah letak masalahnya. Pengetahuan petani sawit kita tidak cukup komprehensif. Kurang tahu bagaimana cara memilih bibit yang baik, cara menanam yang baik, membersihkan lahan yang baik, dan bagaimana membuat pupuk lebih efektif dan efisien,” tuturnya.  

Kehadiran Perpustakaan Umum Daerah Batang Hari yang baru saja diresmikan bersama Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Deni Kurniadi, diharapkan dapat menjadi tempat yang menarik masyarakat. Sarat dengan ragam kegiatan yang kekinian. Secara khusus, Arief meminta pegawai pemerintah untuk aktif menjadi contoh agar masyarakat mau datang ke perpustakaan.

Perpustakaan, menurut Deni Kurniadi, mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi kegiatan seluruh warga negara Indonesia. Posisi perpustakaan amat strategis dalam mewujudkan masyarakat pembelajar.

“Saat ini perpustakaan didorong untuk memberikan manfaat lebih bagi masyarakat lewat program transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Dengan tagline literasi untuk kesejahteraan, program ini sudah menyasar di 34 provinsi, lebih dari 300 kabupaten/kota dan 3.000 desa di Indonesia,” ujarnya.

Baca juga : BPK Harap PMN Rp 73 Triliun Bisa Tingkatkan Kinerja BUMN

Deni menegaskan, melalui kemampuan literasi yang baik akan berdampak pada kekuatan fondasi dalam membentuk cognitive skill, kepekaan sosial, serta produktivitas masyarakat. Literasi dibutuhkan agar Indonesia tidak lagi menjadi market dari negara-negara maju. “Sumber daya alam suatu waktu akan habis, namun sumber daya manusia yang literat yang berkesinambungan yang dibutuhkan dalam pengembangan Iptek,” imbuhnya.

Besarnya potensi yang dihasilkan dari kelapa sawit seharusnya mampu memperbaiki kesejahteraan. Apalagi Indonesia diketahui sebagai salah satu eksportir sawit terbesar dunia. Namun, potensi tersebut tergerus karena justru yang banyak diproduksi di Indonesia malah yang bernilai ekonomi rendah, seperti CPO dan PKO.

“Ada baiknya kita memfokuskan pada produk turunan dari sawit untuk dijadikan bahan kosmetik yang tidak kalah bernilai tinggi pula. Bahkan, pada 2045, Indonesia menargetkan menjadi pusat produsen dan konsumen produk turunan sawit dunia sehingga mampu menjadi penentu harga CPO global,” jelas Lektor Kepala Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Mursalin.

Pentingnya peran literasi terhadap kemajuan sebuah negara juga dijelaskan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI, Tokyo, Jepang, Yusli Wardianto. Dunia internasional mengakui bahwa Jepang merupakan salah satu negara dengan literasi yang baik. Budaya membaca di Jepang dibangun sejak dini. Seluruh pihak terlibat tanpa terkecuali.

Baca juga : Permentan Nomor 23 Tahun 2021 Kawal Produksi Benih Bermutu

Anak-anak di Jepang sejak lahir sudah mengenal buku. Kerennya lagi, Pemerintah Jepang memiliki program memberikan hadiah buku kepada anak yang baru lahir. “Mereka membagikan buku-buku kepada para ibu ketika  mengantar anaknya untuk imuniasi pertama,” terang Yusli.

Pergerakan literasi di Jepang dimulai sejak abad ke-17, ketika Terakoya sudah berkembang di seluruh Jepang dan mencapai puncaknya pada era Restorasi Meiji. Jumlah Terakoya bahkan saat itu sudah mencapai lebih dari 15.000. Terakoya adalah tempat anak-anak masyarakat biasa belajar membaca, menulis, dan berhitung. Hasilnya, pada 1913, Jepang telah berhasil menjadi salah satu produsen buku terbesar dunia.

Keberhasilan Jepang bukan tidak mungkin diikuti Indonesia. Apalagi Indonesia memiliki tidak kurang 164.610 perpustakaan. Jauh lebih tinggi dibandingkan Jepang yang hanya memiliki 3.360 perpustakaan.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.