Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Kasus Corona Merangkak Naik
Luhut Kembali Waswas
Minggu, 6 November 2022 07:24 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Masuknya varian baru membuat kasus Covid-19 di Indonesia merangkak naik lagi. Menko Maritim dan Investasi Lihut Binsar Pandjaitan jadinya waswas, takut terjadi lonjakan kasus.
Jumlah kasus konfirmasi positif Corona terus bertambah hingga lebih dari 4 ribu, akibat masuknya varian XBB, XBB.1, dan BQ.1. Rinciannya, pada 1 November terdapat 4.707 kasus. Pada 2 November naik 4.873 kasus, dan pada 3 November naik 4.951 kasus. Penambahan paling tinggi terjadi pada 4 November yang mencapai 5.303 kasus. Sementara, kemarin jumlah kasus Covid bertambah 4.717 kasus.
Melihat lonjakan kasus tersebut, Luhut yang menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) menggelar Rapat Koordinasi Evaluasi PPKM Jawa-Bali, Jumat (4/11).
“Nampaknya tidak ada kata lelah bagi kami untuk kembali duduk bersama, berdiskusi dan menuntaskan kasus Covid-19 sampai level yang paling rendah. Mengingat, kenaikan kasus Covid-19 kembali meningkat hingga menyentuh 5.000 kasus dalam satu minggu terakhir," ujarnya.
Baca juga : Mode Perang Dinyalakan Di Laut Bali
Dari pengalaman kasus dan pola Corona di negara lain, Pemerintah lantas mengkaji segala kemungkinan yang akan terjadi. Terlebih, terjadi peningkatan tingkat keterisian rumah sakit alias Bed Occupation Rate (BOR) dan tingkat kematian dibandingkan pertengahan 2022. Meski begitu, angkanya diprediksi tetap masih lebih rendah dari dibanding varian Omicron.
Luhut memprediksi, puncak gelombang yang diakibatkan varian baru ini, diperkirakan terjadi Desember 2022 atau Januari 2023. Pemerintah menyiapkan berbagai langkah mitigasi. Di antaranya dengan meningkatkan vaksinasi booster dan terus mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan, utamanya penggunaan masker di ruang-ruang tertutup.
"Pemerintah akan terus menggunakan PPKM Level sebagai basis pengetatan kegiatan bagi masyarakat yang akan terus dilakukan evaluasinya," pesan Luhut.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengamini pernyataan Luhut. Kenaikan yang terjadi belakangan ini bukan karena mobilitas masyarakat, tetapi diakibatkan varian-varian baru Corona subvarian Omicron, seperti XBB, XBB.1, dan BQ.1. Ketiga varian ini sudah masuk ke Indonesia. Subvarian Omicron XBB dan XBB.1 banyak menyebar di Singapura. Sementara BQ.1 berasal dari Eropa dan Amerika Serikat.
Baca juga : Kasus Covid Naik Lagi, Luhut Pastikan Pemerintah Tetap Terapkan PPKM
Dari ketiga subvarian itu, XBB memiliki penyebaran yang paling cepat. Hal ini tercermin dari kasus di Singapura. Namun, penurunannya pun lebih cepat karena subvarian ini hampir sama dengan BA.4 dan BA.5. Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sendiri sempat menyebar pada Agustus 2022.
Subvarian BA.4 dan BA.5 berbeda dengan subvarian sebelumnya yang sempat membuat kasus Covid-19 memuncak di awal tahun 2022. "Jadi bukan yang BA.1 dan BA.2. Kita puncak dari sisi kasus itu Januari-Februari atau di Mei pada saat Omicron BA.1, BA.2 masuk sampai 60 ribu sampai 70 ribu kasus per hari," terang Menkes.
Bagaimana tanggapan pakar? Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai, penyebaran varian XBB menjadi salah satu faktor peningkatan jumlah kasus di Indonesia. Terlebih, tingkat testing dan tracing di Indonesia masih lemah. Akan berbahaya, jika tidak segera ditindaklanjuti.
"Harus direspons, bukan dengan hanya vaksinasi booster, tapi juga deteksi yang kuat," pesannya.
Baca juga : Rezim Impor Beras Kembali Lagi?
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra memandang, peningkatan kasus Corona disebabkan beberapa faktor. Seperti lemahnya ketaatan protokol kesehatan, rendahnya vaksinasi booster, lemahnya testing maupun tracing, dan varian XBB.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Erlina Burhan menyebut varian XBB tengah menghantui Indonesia. Awalnya, varian XBB berada di Singapura, tapi kini sudah di Indonesia. Untungnya, belum ada laporan resmi yang menyatakan XBB berakibat fatal. Baru sebatas mirip dengan Omicron yang lain. Gejala umumnya yakni demam, batuk, pilek, mules, muntah, diare, sesak napas, dan kehilangan penciuman di sebagian pasien.
"Anosmia atau kehilangam penciuman di Filipina juga ada, karena campuran Delta. Akan tetapi, belum ada laporan resmi yang menyatakan XBB menyebabkan kondisi berat. Hingga saat ini masih dikatakan mirip dengan Omicron yang lain," tukas Erlina.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya