Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tumpang Sari Jawab Fluktuasi Harga Cabe

Jumat, 23 Agustus 2019 15:13 WIB
Perkebunan cabe di Desa Drawati, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Foto: Humas Kementan)
Perkebunan cabe di Desa Drawati, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Berbicara cabe, kita berbicara tentang kecerdasan para petani mengolah lahannya. Cabe dikenal dengan komoditas dinamis. Harganya dapat naik dan turun bergantung pada kondisi alam. Lain daerah maka lain tipikal cabenya. Di beberapa pulau lain harganya sudah menyentuh harga Rp 30 ribu per kilogram. Berbeda jauh kondisinya dengan Pulau Jawa. 

Faktor utamanya produksi adalah cuaca. Cabe rentan dengan perubahan cuaca. Kondisi yang terjadi di lapangan adalah tanaman ini tengah mengalami musim kering. Pada saat siang hari, suhu sangat tinggi sementara di malam hari, suhunya sangat dingin. Perubahan suhu yang sangat kontras ini mempengaruhi pertanaman. 

“Yang bikin produksi bagus bukan besar kecilnya bantuan. Persoalan utamanya adalah cuaca. Kalau siang, cuacanya sangat panas dan anginnya kencang sekali. Kalau malam suhunya terlalu dingin, suka ada embun yang terperangkap di sela-sela daun hingga membeku. Kalau tidak segera disemprot, bikin daunnya mengkeret. Sumber air sendiri tidak masalah di sini,” ujar Ketua Kelompok Tani Campaka II, Uu Jumara, saat ditemui di Desa Drawati, Kecamatan Paseh, Jumat (23/8).

Baca juga : Kementan Janji Harga Cabe Segera Stabil

Pada bulan-bulan sebelumnya, kata Uu, Wilayah kecamatannya mampu menyetor cabal ke pengepul hingga 20 ton per hari. Distribusinya ditujukan pasar - pasar Jabodetabek. Namun kini, hanya mampu menghasilkan 2 ton saja. Kendati harga cabe saat ini sedang bagus, produksi yang rendah menjadi hal yang kurang menyenangkan bagi para petani. 

“Kami berpendirian bahwa asalkan harga normal dan produksi bagus, itu sudah cukup. Kadang produksi bagus, harga jatuh dan kami rugi. Ini harga bagus tapi produksinya rendah, tetap kurang menggembirakan buat kami,” lanjutnya. 

Hal menarik, lonjakan harga diakibatkan faktor cuaca ini telah ‘diramalkan’ oleh Uu jauh-jauh hari. “Jadi begini, saya ini kan petani ya. Kejadian ini seperti ulangan tiap empat tahun sekali di mana cuaca kemarau seperti ini akan kembali terjadi. Produksi turun dan harga naik. Jadi petani ya sudah siap-siap, namun demikian kondisi akan kembali normal," imbuhnya. 

Baca juga : Gempa 3 SR Getarkan Sukabumi, Jawa Barat

Kewaspadaan akan fluktuasi harga ini diantisipasi petani dengan pola tanam tumpang sari. Dalam satu hamparan, petani menanam cabe berbarengan dengan komoditas lain. 

“Kami telah lama membiasakan tanam cabe dengan pola tumpang sari. Baik itu dengan tomat, bawang, buncis, jagung. Apa sajalah yang bisa. Tentunya manfaatnya agar dalam satu lahan kami dapat untung ganda. Selain itu juga buat jaga-jaga mana kala harga cabe jatuh atau produksinya turun,” ujar Uu. 

Bandung sendiri terdapat delapan kecamatan sentra cabe. Di antaranya Kecamatan Paseh, Pangalengan, Cimau, Cikancung, Ranca Bali, Ibun, Pacet, Cimenyan, Ranca Ekek dan Nagreg. Luasan cabe rawit meliputi 300 hektare di beberapa kecamatan sementara cabe besar mencapai 330 hektare.

Baca juga : Penghapusan 2 Obat dari Jaminan BPJS, Rugikan Masyarakat

“Di musim kemarau ini memang ada kecamatan tidak tanam karena kekurangan air. Kalau Paseh, Pangalenan dan Cimau selalu tanam tidak terpengaruh cuaca. Ada pun yang ditanam beragam cukup beragam yakni, cabe keriting, cabe rawit hingga cabe besar,” ujar Kasi Sayuran dan Tanaman Obat, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Felly Fitriyani. 

Mental baja ini diakui petugas penyuluh lapang (PPL) Kecamatan Paseh, Ika Rosmayanti. Dia mengatakan, petani di sini tidak akan berhenti tanam cabe apapun kondisinya. “Mereka akan terus bertanam dan bertani. Bagi mereka, bertani untuk itu untuk hidup. Jadi inilah yang menjadi semangat untuk bertanam". [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.