Dark/Light Mode

Banyak Dipengaruhi Faktor Genetik

Menkes: Pembekuan Darah Efek Vaksin AstraZeneca Belum Ada Di Indonesia

Selasa, 21 Mei 2024 13:07 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam Kerja dengan Komisi IX DPR di Komplek Parlemen Senayan Jakarta, Selasa (21/5/2024). (Foto: YouTube)
Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam Kerja dengan Komisi IX DPR di Komplek Parlemen Senayan Jakarta, Selasa (21/5/2024). (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memastikan, trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah yang ramai diberitakan sebagai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin AstraZeneca, masuk dalam kategori kejadian yang sangat terjadi. Kejadiannya, kurang dari 1 insiden per 10 ribu orang.

"Jadi, di KIPI itu ada kelompok-kelompoknya, KIPI mana yang umum, mana yang jarang. Pegal-pegal atau demam, itu yang sangat umum. Nah, TTS masuk ke klasifikasi sangat jarang," jelas Menkes dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR di Komplek Parlemen Senayan Jakarta, Selasa (21/5/2024).

 

 

Baca juga : Siti Nadia Tarmizi: Di Indonesia Tidak Ada Kasus

Menkes menambahkan, kasus KIPI TTS saat ini masih sesuai estimasi WHO (< 1/100.000 penduduk). Kecuali di Australia dan Jepang.

KIPI TTS diduga berhubungan dengan etnik atau genetik. Mengingat pelaporan kasus terbanyak berasal dari negara-negara kulit putih seperti Nordik (Skandinavia), Australia, Inggris, dan Uni Eropa. Di negara Asia dan Brazil yang memiliki kulit berwarna, jumlahnya lebih sedikit.

Di Indonesia dan Amerika Selatan, belum teridentifikasi. 
 


Tentang faktor genetik yang dapat mempengaruhi seseorang atau populasi tertentu, Menkes mengambil contoh orang Arab.

Baca juga : Kemendikbudristek Perkuat Ekosistem Perfilman Indonesia

Kata Menkes, orang Arab kalau makan kambing, kolesterolnya nggak naik. Beda dengan orang Indonesia.

"Itu karena orang Arab genetiknya beda. Mereka sudah lebih sering makan kambing dari zaman nenek moyangnya. Jadi, sudah lebih biasa," beber Menkes.

"Sama seperti E coli, orang lndonesia di sini, jajan apa di warung-warung, kan nggak kena sakit perut. Tapi, kalau orang Eropa datang ke sini, makan di warung, bisa langsung mencret-mencret," imbuhnya.

Sebagai informasi, vaksin AstraZeneca sudah tidak dipakai di Indonesia sejak 1 Oktober 2022.

Baca juga : Jokowi Resmikan Pelabuhan Terbesar Kedua Di Indonesia

Analisis menunjukkan, di masa pandemi, manfaat pemberian vaksin Covid-19 untuk melindungi masyarakat dari infeksi Covid-19 (apa pun mereknya, termasuk AstraZeneca) melebihi risiko KIPI yang mungkin ditimbulkan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.