Dark/Light Mode

Jokowi Siaga Kekeringan

Kamis, 20 Juni 2024 08:10 WIB
Presiden Jokowi meninjau program pompanisasi di Dukuh Sangiran, Desa Krendowahono, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. (Foto: Biro Pers)
Presiden Jokowi meninjau program pompanisasi di Dukuh Sangiran, Desa Krendowahono, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. (Foto: Biro Pers)

RM.id  Rakyat Merdeka - Antisipasi cuaca ekstrem dan masuknya musim kemarau, Presiden Jokowi mulai siaga kekeringan. Kemarin, eks Wali Kota Solo itu meninjau program pompanisasi di Dukuh Sangiran, Desa Krendowahono, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dengan pompanisasi ini, Jokowi berharap, produksi pangan tetap meningkat meski di musim kemarau.

Jokowi tiba di lokasi sekitar pukul 10.15 WIB pagi. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu tampil dengan setelan khasnya, kemeja lengan panjang yang digulung sesiku, celana hitam, dan sepatu kets. Dalam kesempatan ini, Kepala Negara didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.

Tiba di lokasi, Jokowi langsung menyusuri pematang sawah, melihat secara langsung pemberian bantuan pompa air untuk pengairan sawah dan pertanian atau pompanisasi. Jokowi melihat dari dekat pompa air yang dipasang di sungai.

Dari sana, Jokowi memeriksa air hasil pompa yang dialirkan dari sungai ke sawah penduduk. Di salah satu momen, Jokowi jongkok dan menciduk air yang keluar dari pipa dengan tangannya.

Baca juga : Alyssa Daguise, Mesra Dengan Ghazali Di Bali

Setelah itu, Jokowi memberikan keterangan pers. Kepada wartawan, Jokowi mengatakan, pompanisasi ini bagian dari upaya pemerintah untuk mengatasi potensi kekeringan yang akan berlangsung dari Juli hingga Oktober sebagaimana prediksi BMKG.

“Pompanisasi ini tidak hanya di Jawa Tengah, tidak hanya di Karanganyar saja, tetapi di semua provinsi yang kita perkirakan nanti di bulan Juli, Agustus, September, Oktober ini akan terjadi kekeringan yang panjang,” kata Jokowi.

Dengan adanya bantuan pompa air, Jokowi menargetkan, peningkatan produksi padi di Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,3 juta ton. Di Provinsi Jateng, Pemerintah menyalurkan 4.300 pompa air yang tersebar di 35 kabupaten/kota.

Proyek pompanisasi ini melibatkan pengambilan air dari sungai dan air tanah untuk mendukung irigasi di musim kering. Presiden juga menyatakan, hujan buatan akan dimaksimalkan di akhir musim hujan untuk mendukung upaya ini.

Baca juga : Pilkada Jakarta Zigzag

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengatakan, strategi pemerintah untuk mengatasi dampak El Nino dan kekeringan yang diperkirakan akan berlangsung lebih awal. Menurutnya, pompanisasi merupakan langkah konkret yang cepat dalam memitigasi dampak kekeringan.

“Kenapa kita pasang pompa air? Karena ini adalah solusi cepat. Hari ini kita pompa, hari ini kita bisa tanam karena kalau kita cetak sawah itu butuh waktu,” ujar Amran.

Amran melanjutkan, upaya ini diharapkan tidak hanya akan mengatasi kekurangan pasokan air di musim kering, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan indeks pertanaman, sehingga membantu meningkatkan kesejahteraan para petani.

Pemerintah menargetkan, pompanisasi ini dapat menjangkau 1 juta hektare lahan pertanian dan berencana untuk mencetak sawah baru seluas 1 juta hektare per tahun sebagai strategi jangka panjang. Ini merupakan bagian dari usaha besar untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu lumbung pangan dunia di masa depan.

Baca juga : Prabowo Hati-hati Kelola Utang Negara

“Harapan kita ke depan, mari kita sinergi, mari kita kolaborasi untuk negeri yang kita cintai. Karena mimpi besar kita adalah mencukupi beras dalam negeri, bahkan syukur-syukur ke depan bisa kita memberi, membantu saudara-saudara kita yang kelaparan kepada negara lain,” tutup Menteri Pertanian.

Selain meninjau pompanisasi di Kabupaten Karanganyar, Presiden Jokowi juga meninjau proyek serupa di Desa Tumpukan, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten serta Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengungkapkan, kekeringan akan mendominasi di sejumlah daerah hingga September 2024. Berdasarkan data yang dihimpun BMKG, terdapat sejumlah daerah yang mengalami curah hujan sangat rendah, yakni kurang dari 50 milimeter per bulan.

“Prediksi curah hujan dan hujan bulanan menunjukkan bahwa kondisi kekeringan selama musim kemarau akan mendominasi hingga September,” kata Dwikorita.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.