Dark/Light Mode

Lawan Dolar Amerika, Rupiah Masih Loyo

Rabu, 19 Juni 2024 08:07 WIB
Dolar AS. (Foto: Ist)
Dolar AS. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Rupiah masih loyo melawan dolar AS. Kemarin, rupiah ditutup pada level Rp 16.412 per dolar AS atau melemah 0,87 persen. Pemerintah diminta gercep alias gerak cepat kendalikan rupiah.

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Said Abdullah menyatakan, perlu adanya penguatan sinergi antara para pemangku kepentingan untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tidak makin melemah. Apalagi, kata dia, The Fed, bank sentral AS, hampir dipastikan masih akan mempertahankan suku bunga tinggi.

“Selain itu, ketidakmenentuan geopolitik juga berdampak pada melemahnya rupiah. Oleh sebab itu, segenap kekuatan bangsa harus bersama-sama mengikatkan tali gotong royong,” kata Said, di Jakarta, Selasa (18/6/2024).

Salah satu hal utama yang disorot Said adalah komunikasi publik pemerintah yang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan rakyat. Dia berharap Pemerintah dapat menyampaikan keadaan seobjektif mungkin agar rakyat bisa mempersiapkan upaya antisipasi sedini mungkin.

Baca juga : Di Tengah Gejolak Ekonomi Global, Erick Senang, 15 BUMN Kantongi Laba Triliunan

Sementara, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Bob Azam mengatakan, tidak hanya rupiah yang melemah, tapi semua mata uang keok terhadap dolar AS. “Saat ini, dolar sedang menguat,” ujarnya.

Menurut dia, pelemahan rupiah ini memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positinya menguntungkan perusahaan yang ekspor. Sementara, negatifnya harga bahan baku impor makin mahal.

“Industri nggak bisa asal naikkan harga saat ini. Apalagi, daya beli masyarakat sedang loyo,” ujar Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) itu, kepada Rakyat Merdeka, Selasa (18/6/2024)

Menghadapi pelemahan rupiah ini, pengusaha memilih melakukan efisiensi. Karena itu, untuk mengantisipasi pelemahan rupiah ini, dia meminta, pemerintah membenahi fiskalnya dan daya beli masyarakat. “Kita harus belajar dari krisis 98,” sarannya.

Baca juga : Rilis Daftar The Global 2000, Forbes Kembali Nobatkan BRI Sebagai Perusahaan Terbesar Di Indonesia

Dia melanjutkan, pemerintah harus berhati-hati dalam berutang. Pemerintah juga harus menghemat anggaran dengan fokus pada program-program yang bisa mengerek daya beli masyarakat.

Sedangkan, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE), Yusuf Rendy Manilet menilai, kondisi ini sedikit banyak memengaruhi kepercayaan investor terhadap APBN Indonesia. Yusuf khawatir investor berbondong-bondong menarik modalnya di pasar keuangan RI, sehingga nilai tukar rupiah semakin melemah.

"Ada kekhawatiran terkait bagaimana pengelolaan fiskal ke depannya, apakah kemudian kesehatan fiskal yang kerap kali diukur dari rasio atau batas devisa anggaran itu akan terpenuhi," papar dia.

Lalu apa kata Bank Indonesia (BI)? Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia (BI), Edi Susianto mengatakan, pihaknya akan terus berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca juga : Obon Tabroni: Pemberian Bansos Tidak Melihat Apa Penyebabnya

"Yang dilakukan BI tentunya memastikan keseimbangan supply-demand valas di market dengan upaya triple intervention," jelas Edi saat dihubungi, Selasa (18/6/2024).

Dia berpendapat pergerakan rupiah dipengaruhi oleh data ekonomi AS yang membaik, seperti data pasar tenaga kerja AS yang mulai bangkit pasca krisis akibat pandemi Covid-19. "Dengan triple intervention itu supaya market confidence tetap terjaga," terangnya.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah masih stabil. Walau melemah, rupiah masih terjaga di banding sejumlah mata uang negara lain. "Rupiah salah satu yang terbaik di dunia. Rupiah kita sangat stabil. Salah satu yang terbaik di dunia," ujar Perry di Istana Presiden, Jumat (14/6/2024).

Kondisi ini juga mendapat respons dari warganet. "Apakah ini tanda-tanda resesi," cuit @yaniarsim. "Resesi bukan ditandai penurunan nilai tukar rupiah," jawab @malique_10, tegas. UMM

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.