Dark/Light Mode

Investigasi Kematian Bayi Di Sukabumi

Kemenkes: Imunisasi Ganda Aman Bagi Anak

Rabu, 3 Juli 2024 07:25 WIB
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, Prima Yosephine. (Foto: Istimewa)
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, Prima Yosephine. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan, imunisasi lebih dari satu jenis antigen vaksin dalam satu kunjungan, atau dikenal sebagai imunisasi ganda, tidak menyebabkan kematian pada anak. Sebaliknya, imunisasi ganda memberikan perlindungan dengan efisiensi tinggi, dalam melindungi anak dari berbagai penyakit.

Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, Prima Yosephine mengatakan, imunisasi ganda aman bagi anak. Menurutnya, imunisasi tersebut telah diterapkan di lebih dari 160 negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan Kanada.

“Imunisasi ganda tidak menyebabkan kematian. Miliaran vaksin telah diberikan dengan cara imunisasi ganda di selu­ruh dunia,” ujar Prima dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/7/2024).

Baca juga : Promosi Wisata, Jurnalis Asing Diajak Muter Jakarta

Sebelumnya, seorang bayi laki-laki berinisial MKA me­ninggal dunia beberapa jam kemudian, setelah mendapatkan imunisasi ganda, di Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), Selasa (11/6/2024). Bayi tersebut di­laporkan mendapatkan empat jenis vaksin, di antaranya vak­sin BCG untuk mencegah TB, vaksin DPT-HB-Hib, vaksin Polio tetes, dan vaksin Rotavirus untuk mencegah diare.

Dari hasil investigasi Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Jabar bersama instansi terkait lain, bayi tersebut lahir dengan bantuan bidan, telah mendapatkan vitamin K dan vaksin hepatitis B. Dia kem­bali dibawa ke Puskesmas saat berusia 2 bulan 28 hari untuk mendapatkan imunisasi.

Melanjutkan keterangannya, Prima mengatakan, imunisasi ganda telah diberbagai daerah di Tanah Air. Di antaranya, di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak 2007 dan secara nasional sejak 2017.

Baca juga : Diwarnai Aksi Mewek Ronaldo, Portugal Jumpa Tim Ayam Jantan

Dalam praktiknya, jelas dia, imunisasi DPT-HB-Hib-3 diberikan bersamaan dengan imunisasi polio suntik Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV), saat bayi usia empat bulan. Kemudian, sambung dia, imunisasi lanjutan seperti campak rubella-2 dan DPT-HB-Hib-4 diberikan, saat anak berusia 18 bulan.

Menurut Prima, kasus kema­tian setelah imunisasi sangat jarang terjadi. Jika ada, kasus tersebut harus diinvestigasi dan dikaji kausalitasnya secara detail dan menyeluruh. “Sampai saat ini, data menunjukkan, mayoritas kasus itu adalah kejadian koinsidental atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), yang ti­dak disebabkan oleh vaksin atau kesalahan prosedur,” cetusnya.

Prima menambahkan, syok anafilaktik setelah imunisasi, sangat jarang terjadi. Mayoritas kasus dapat menyebabkan kematian segera setelah pemberian imunisasi, biasanya dalam 30 menit pertama.

Baca juga : Alcaraz Dan Sinner Menyala

“Namun, hal ini tetap harus dibuktikan melalui investigasi dan kajian kausalitas yang mendalam atau menyeluruh,” tan­dasnya.

Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI), Hindra Irawan Satari menegaskan, imunisasi ganda tidak menyebabkan kematian dan telah direkomendasikan sejak tahun 2003. “Pemberian lebih dari tiga jenis antigen tidak akan menyebabkan kematian,” cetusnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.