Dark/Light Mode

Kementan-BPTPH Lampung Siap Atasi Musim Kemarau

Sabtu, 6 Juni 2020 14:56 WIB
Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Lampung Bagiyo Warsito (kiri) meninjau daerah yang seringkali mengalami kekeringan
Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Lampung Bagiyo Warsito (kiri) meninjau daerah yang seringkali mengalami kekeringan

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi ketersediaan air bagi tanaman di wilayah Indonesia pada Juni, Juli dan Agustus 2020. Pada umumnya untuk wilayah Indonesia ketersediaan air bagi tanaman diperkirakan cukup.

Memasuki musim kemarau, Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Lampung telah melakukan perhatian, fokus terhadap daerah yang sering mengalami kekeringan yaitu di wilayah Lampung Timur, Metro, Pesawaran, Pringsewu, Bandar Lampung, Lampung Selatan, Lampung Utara dan Tulang Bawang Barat.

Kepala UPTD BPTPH Lampung, Bagiyo Warsito, dalam keterangan tertulisnya Jumat (5/6) menjelaskan bahwa pengawalan, pendampingan, pengendalian Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) dan antisipasi penanganan dampak perubahan iklim (DPI) oleh petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) harus tetap dilaksanakan. Mulai di tingkat lapangan dalam rangka pengamanan produksi hortikultura dari gangguan OPT.

Baca juga : Ini Skema Kementan Dalam Menghadapi Krisis Pangan

“Petugas POPT harus mengoptimalkan peran kerjanya di wilayah masing-masing dan bekerja sama dengan petugas pertanian lainnya (PPL, KUPT) dalam hal pengamatan rutin, pemantauan dan pengawalan permasalahan OPT dan DPI untuk meminimalisir kehilangan hasil,” ungkapnya.

Lebih lanjut Bagiyo menjelaskan, BPTPH Lampung saat ini sedang membuat teknologi antisipasi dampak perubahan iklim. Tujuannya untuk memenuhi ketersediaan air dan mengairi pertanaman cabe seluas 400 ha pada musim kemarau. 

“Lokasinya di Desa Trimulyo, Kecamatan Tegineng, Kabupaten Pesawaran berupa embung seluas 2 hektare bekas penggalian batu marmer sedalam 45 meter,” pungkasnya.

Baca juga : Tol Laut Siap Hadapi Era Normal Baru

Terpisah, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto memaparkan bahwa dalam upaya antisipasi dan mitigasi dampak perubahan iklim, perlu adanya teknologi dalam ketersediaan air.

“Bagaimana kita bisa mengelola sumber daya air ketika melimpah dan memanfaatkan air tersebut ketika musim kemarau datang,” terangnya.

Anton mengharapkan agar bantuan pompa air yang telah diberikan oleh Kementerian Pertanian akan dimaksimalkan ketika memasuki musim kemarau. Itu dilakukan untuk tetap mendukung ketersediaan air bagi tanaman.

Baca juga : Kemenhub Siapkan Langkah Antisipasi Lonjakan Arus Balik Di Jalur Darat

Pengoptimalan pompa air, embung dan irigasi harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air di lapangan.

“Pendataan terkait database daerah rawan banjir dan kekeringan di wilayah binaan masing-masing perlu dikawal ketat dan dibuat oleh BPTPH sehingga akan memudahkan dalam upaya antisipasi dan mitigasi Dampak Perubahan Iklim,” tegasnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.