Dark/Light Mode

BIN Beberin Keampuhan Obat Made In Indonesia

Dalam 24 Jam, Virus Covid-19 Ambyar…

Sabtu, 20 Juni 2020 06:28 WIB
Deputi Komunikasi dan Informasi BIN, Wawan Hari Purwanto
Deputi Komunikasi dan Informasi BIN, Wawan Hari Purwanto

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Intelijen Negara (BIN) optimistis obat Covid-19 hasil kerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) ampuh menyembuhkan pasien positif virus tersebut. 

Penemuan itu diharapkan membuat negeri ini tidak bergantung dengan obat dari negara lain.

“Kita sudah mulai percaya diri dengan apa yang sudah kita lakukan. Dengan begitu, nanti tidak bergantung dengan negara luar,” ungkap Deputi Komunikasi dan Informasi BIN, Wawan Hari Purwanto di Jakarta, seperti dikutip CNN Indonesia TV, kemarin. 

Seperti diketahui, BIN bekerja sama dengan peneliti Unair mengklaim telah menemukan lima varian obat yang bisa menyembuhkan pasien Covid-19. Wawan menuturkan, Indonesia perlu mandiri menangani pandemi corona. 

Baca juga : Kemhan Ingatkan Ancaman Virus Baru Setelah Covid-19

Selain jumlah penduduk Indonesia banyak, setidaknya Indonesia bisa terhindari dari permainan bisnis obat. Kemandirian itu, lanjut Wawan, mutlak diperlukan karena virus corona terus bermutasi. 

Hal itu membuat karakteristik virus di tiap negara berbeda sehingga Indonesia perlu melakukan uji klinis sendiri. Soal keampuhan obat itu, Wawan menjelaskan, variasi obat tersebut sudah diuji ke pasien corona. Hasilnya, dalam rentang waktu 24 jam sampai 72 jam, virus ambyar alias hilang dari pasien positif Covid-19. 

Obat itu kini sedang diuji secara klinis di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Wawan berharap BPOM bisa melakukan pengujian dengan cepat sehingga bisa segera digunakan. Apalagi, saat ini kasus corona masih tinggi. 

Berdasarkan pantauan BIN, lanjut Wawan, kasus corona di Indonesia sempat menurun sekitar 12 April 2020. 

Baca juga : Gelontorkan Rp 61 M, Australia dan WHO Dukung Indonesia Lawan Covid-19

Namun kemudian angka kasus melonjak lagi jelang dan pasca Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan itu juga dipengaruhi pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Serta, banyaknya kasus ketidakdisiplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan. 

“Kita perlu menangani secara serius, termasuk melakukan penemuan obat untuk mengantisipasi khawatirkan ada gelombang kedua,” jelasnya. 

Jika sampai gelombang kedua terjadi, menurut Wawan, pengaruhnya bukan cuma di ranah kesehatan. Namun juga terhadap ekonomi dan stabilitas nasional. 

Sementara, Direktur Registrasi Obat BPOM Rizka Andalusia mengatakan, terdapat sejumlah tahap yang perlu dilakukan sebelum memberikan izin edar untuk lima kombinasi obat tersebut.

Baca juga : Siap Bantu Indonesia Lawan Covid-19

Proses itu antara lain penelitian, pengembangan, pengujian. Menurutnya, beberapa tahapan sudah dilakukan peneliti Unair. 

Sehingga pihaknya tinggal melakukan uji klinik saja. “Jika uji klinik didapatkan data bahwa obat-obat tersebut mempunyai khasiat dan keamanan. Hal itu akan digunakan sebagai dasar pemberian uji edar,” lanjutnya. 

Menurutnya, proses uji klinik ini bisa dipercepat jika upaya memperoleh pasien bisa dilakukan dengan cepat di beberapa rumah sakit. [DIR]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.