Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Di Tengah Pandemi, Konten Digital Perpusnas Diakses 6,5 Juta Pengguna Aktif

Senin, 17 Mei 2021 20:03 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kanan) menyerahkan cenderamata ke Anggota Komisi X DPR Putra Nababan, usai talk show Perpusnas, di Jakarta, Senin (17/5). (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kanan) menyerahkan cenderamata ke Anggota Komisi X DPR Putra Nababan, usai talk show Perpusnas, di Jakarta, Senin (17/5). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Empat puluh satu tahun bukan waktu yang singkat bagi Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menggalakkan kegemaran membaca untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia. Khusus memperingati hari jadinya ke-41, Senin (17/5), Perpusnas mengangkat tema “Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial”. 

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menjelaskan bahwa Perpusnas adalah salah satu lembaga negara yang paling siap dalam menghadapi pandemi Covid-19. Sebab, sejak 2015, Perpusnas sudah memulai bermigrasi ke konten digital. “Alhamdulillah, dua tahun belakangan ini, Perpusnas telah menjadi perpustakaan terbaik dunia dalam menyajikan jurnal ilmiah,” katanya, dalam talk show yang digelar Pusat Analisis Pengembangan Perpustakaan dan pengembangan Budaya Baca, di Jakarta, Senin (17/5). 

Pernyataan ini diperkuat data bahwa sudah 6,5 juta orang pengguna aktif dalam konten digital Perpusnas yang mengakses 3-4 miliar artikel ilmiah. Namun, data Perpusnas menyebutkan, baru 30 juta penduduk Indonesia yang familiar dengan digitalisasi konten ilmu pengetahuan. Dari angka itu, 6,5 juta orang di antaranya mengaku tidak bisa memisahkan hidup mereka dari ilmu pengetahuan berbasis digital.

“Itu artinya, masih terdapat kesenjangan 240 juta penduduk Indonesia yang belum terkoneksi. Ini ruang yang harus dibangun bersama,” kata Syarif.

Baca juga : Di Tengah Pandemi, Ekonomi Indonesia Mulai Tumbuh

Di acara yang sama, anggota Komisi X DPR Putra Nababan menegaskan dukungan positif pada momen perayaan HUT ke-41 Perpusnas. Apalagi pada momen pandemi Covid-19 ini, digitalisasi konten perpustakaan yang digiatkan Perpusnas sejak 2015 sangat dinikmati pada masa-sama sulit ini.

“Data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan ada peningkatan literasi, meski sedikit, tapi ini cukup signifikan. Apalagi pada saat pemerintah memberikan bantuan pulsa pada murid, dosen dan guru, fasilitas layanan perpustakaan itu dinikmati,” kata Putra.

Atas hal itu, Putra meminta Perpusnas untuk terus mengusahakan gerakan literasi dengan maksimal, meski mengalami pembatasan dan pemotongan anggaran, yang sebagian besar dialihfungsikan untuk penanggulangan bencana pandemi Covid-19.

Pada kesempatan, Syarif Bando juga membantah anggapan bahwa orang Indonesia malas membaca. Dia menegaskan, budaya literasi di Indonesia sudah jauh tinggi. Salah satu fakta yang bisa menjelaskan adalah bukti peninggalan sejarah pada abad ke-2 di Kerajaan Kutai Kartanegara, lalu berlanjut ke Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan peradaban yang tercipta pembangunan Candi Borobudur pada 724 M. Sedangkan, di belahan benua lain, pada abad ke-15, Christopher Columbus baru menemukan benua Amerika, lalu Abel Tasman menemukan Selandia Baru abad 16.

Baca juga : Bikin Tanah Lebih Subur, Kementan Dorong Penggunaan Pupuk Berimbang

“Artinya, negara-negara Eropa selalu mengakui Indonesia sebagai negara tertua seribu tahun dari mereka. Bagaimana bisa kita katakan Indonesia mempunyai budaya baca yang rendah!” tegasnya.

Maka, jika banyak penelitian menunjukkan bahwa budaya Indonesia rendah, itu hanya persoalan ketersebaran buku yang belum merata ke berbagai pelosok daerah. Bayangkan saja, satu buku ditunggu 90 orang untuk dibaca. “Indonesia hanya kekurangan buku. Merujuk ketentuan UNESCO, Indonesia masih kekurangan 500 juta buku yang harus didistribusi,” sambung Syarif.

Maka, pada tahun ini, Perpusnas semakin gencar meminta para pelaku di sisi hulu untuk menulis. Para pakar, dosen, guru bisa menulis buku sebanyak mungkin untuk disebarluaskan ke seluruh negeri. Hilir dari proses literasi ini adalah penciptaan barang dan jasa baru. Ia menekankan bahwa Indonesia harus menjadi negara produsen, bukan hanya pemakai.

Syarif mengajak semua masyarakat yang mengalami imbas pandemi, yang kehilangan lapangan pekerjaan, datang ke perpustakaan di setiap daerah. Di sana, mereka bisa diberikan stimulan dan pelatihan sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan sesuai dengan keahlian dan modal yang mereka punyai, lewat program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. 

Baca juga : Masih Pandemi, Gubernur Anies Minta Warga Takbiran Virtual

Program ini diacungi jempol Putra Nababan. “Program transformasi ini harus didanai, harus dibuat masif, karena ini solusi. Catatannya, harus berkolaborasi dengan UKM dan ekonomi kreatif, karena membaca itu sudah arahnya ke sana,” sarannya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.