Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Sokong Produk Hortikultura, Kementan Ajak Petani Manfaatkan Pestisida Nabati

Kamis, 8 Juli 2021 18:31 WIB
Pestisida Nabati/Ist
Pestisida Nabati/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo selalu menginginkan jajarannya tetap bekerja seoptimal mungkin, guna melakukan pengawalan terhadap komoditas hortikultura meski di tengah pandemi Covid-19. 

Walaupun kegiatan pertemuan langsung dikurangi, Ditjen Hortikultura Kementan tetap memfasilitasi bimbingan teknis (bimtek) kepada petugas maupun petani. Kali ini bimtek mengambil tajuk Pengelolaan OPT Hortikultura Ramah Lingkungan melalui Penerapan PHT. Bimtek tersebut diikuti oleh 1.000 orang dalam zoom meeting dan 2.545 viewers pada channel YouTube Pustaka Kementan. 

Sejauh ini, permintaan produk hortikultura di Indonesia sangat tinggi, baik untuk dalam negeri maupun ekspor. Kondisi yang terjadi di lapangan, pelaku usaha sering mengalami kesulitan karena keterbatasan volume produksi dan akses lokasi sentra produksi.

Melalui program Gerakan Mendorong Daya Saing dan Ramah Lingkungan Hortikultura (Gedor Horti), Ditjen Hortikultura berupaya mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya melalui kegiatan Pengembangan Kampung Hortikultura.

“Kami akan menggiring perubahan konsepsi pengelolaan hortikultura melalui pengembangan Kampung Hortikultura,” kata Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto, Selasa (6/7).

Menurutnya, Kampung Hortikultura ini terkonsentrasi di suatu lokasi perkampungan, satu desa satu komoditas (one village on product). Selanjutnya kampung- kampung ini berkembang menjadi kampung manggis, kampung durian dan kampung hortikultura lainnya.

Baca juga : Romo Benny : Habituasi, Kunci Penerapan Indikator Nilai Pancasila Dalam UU Dan Perda

Dirinya menyebut, pengelolaan OPT hortikultura ramah lingkungan sangat diperlukan untuk mendukung pencapaian kampung hortikultura berdaya saing, berkualitas baik dan minim residu pestisida. Penggunaan pestisida kimia sintetis diharapkan mulai dikurangi.

“Kenapa tidak kita manfaatkan dan olah bahan-bahan alami untuk membuat pestisida nabati sendiri? Kita tidak ingin produk hortikultura Indonesia tercemar oleh pestisida kimia, karena kita juga mengonsumsinya,” sambung pria yang sering disapa Anton itu.

Perlindungan Hortikultura

Ditjen Hortikultura siap mendukung pengelolaan OPT di lapangan sesuai prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Secara praktiknya, pelaksanaan pengelolaan OPT membutuhkan kerja sama berbagai pihak di pemerintahan pusat maupun daerah, petani, dan pelaku usaha hortikultura. 

Saat ini, Kementan sedang berupaya memperkuat kelembagaan perlindungan hortikultura di lapangan, khususnya laboratorium pengamatan hama dan penyakit, laboratorium agens hayati  dan Klinik PHT.

“Klinik PHT ini berhubungan langsung dengan petani, sehingga besar harapan kami klinik tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya dalam penyediaan bahan pengendali yang ramah lingkungan bagi petani,” ujar Direktur Perlindungan Hortikultura Inti Pertiwi. 

Baca juga : Peduli Kesehatan Selama Pandemi, Apical Bagikan Sembako

Penerapan PHT yang dimaksud, terang Inti, terhitung mulai dari budi daya tanaman sehat, pengamatan OPT, pemanfaatan agens hayati dan musuh alami serta terus mengajak petani mempraktikkan PHT langsung di lahannya. 

Pakar hama dari Universitas Gadjah Mada Prof Andi Trisyono mengatakan, apa yang terjadi di masa mendatang mungkin akan sama dengan yang dihadapi saat ini jika tidak ada perubahan mulai dari sekarang, misalnya terkait dengan pestisida. 

“Sebagai langkah awal, kita bisa memperbaiki cara penggunaan pestisida yang benar sesuai anjuran. Tidak menggunakan pestisida kalau tidak perlu,” jelas Andi.

Senada, petugas Pengendali OPT Madya Yogyakarta Paryoto menyebut, pertanian ramah lingkungan tidak hanya berfokus untuk mencapai produksi yang tinggi. Di dalamnya harus mengandung komitmen dalam menjaga keberlanjutan agroekosistem dan efisiensi biaya. 

“Petani memerlukan pendampingan yang tulus. POPT dan petugas lainnya dapat berperan sebagai fasilitator agar kelompok tani bisa mandiri,” tukasnya.

Pestisida Nabati, Bahan Pengendali OPT Ramah Lingkungan

Baca juga : Pedro Castillo, Anak Petani Yang Tumbangkan Anak Presiden

Dosen sekaligus pengelola Klinik Tanaman Institut Pertanian Bogor, Bonjok mengungkapkan, secara umum pestisida nabati sangat berpotensi digunakan dalam pengelolaan OPT. Walaupun cenderung terlihat kurang efektif dibanding pestisida kimia sintetis, pestisida nabati berisiko minimal terhadap agroekosistem dan berpeluang rendah dalam menyebabkan resistensi hama. 

Menurut Bonjok, sumber pestisida nabati ada banyak. Beberapa bahan pestisida nabati biasanya tanaman rimpang seperti lengkuas, tanaman yang berbau menyengat, minyak esensial, dan sebagainya tergantung OPT sasaran. 

“Jangan khawatir jika hama tidak langsung terlihat mati. Memang efek pestisida nabati bermacam-macam, misalnya mengurangi kemampuan makan atau kemampuan bertelur,” papar Bonjok. 

Masih banyak tantangan dalam pengelolaan OPT ramah lingkungan terutama dalam hal teknis seperti sosialisasi dan pendampingan petani serta penyediaan bahan pengendali ramah lingkungan. 

Meski demikian, diharapkan penerapan PHT dapat dilaksanakan dengan baik di lapangan untuk kemaslahatan umat. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.