Dark/Light Mode

Menlu Retno Ngarep, Afghanistan Tak Jadi Tempat Pelatihan Organisasi Teroris

Kamis, 9 September 2021 15:14 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (Foto: Istimewa)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berharap, Afghanistan tidak dijadikan tempat pelatihan organisasi teroris, pasca Taliban menguasai negara Timur Tengah itu pada pertengahan Agustus lalu.

“Indonesia berharap, Afghanistan tidak dijadikan sebagai tempat berkembang biak dan pelatihan organisasi teroris dan kegiatan yang mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan,” kata Retno saat menyampaikan pernyataan pers secara virtual, usai pertemuan menteri luar negeri dan menteri pertahanan (2+2) Indonesia-Australia di Jakarta, Kamis (8/9).

Permintaan tersebut telah disampaikan langsung oleh Menlu Retno saat bertemu perwakilan Taliban di Doha, Qatar, pada 26 Agustus lalu.

Indonesia memantau secara dekat situasi di lapangan, termasuk pembentukan pemerintah sementara (caretaker government) yang diumumkan Taliban pada Selasa (7/9). Pembangunan yang inklusif di Afghanistan, dinilai penting.

Baca juga : Hadapi Perubahan, Lestari Ajak Tingkatkan Literasi

"Indonesia juga berharap agar hak asasi manusia. Khususnya hak perempuan dan anak perempuan di Afghanistan, terus dihormati dan dimajukan," ujarnya.

Sementara, Menlu Australia Marise Payne juga menyoroti perlunya rezim pimpinan Taliban, untuk menghormati hak-hak perempuan dan anak perempuan di negara itu.

"Indonesia memiliki peran penting sebagai negara muslim dengan suara yang kuat dalam isu ini,” ujar Payne, yang menyebut Menlu Retno sebagai seorang pemimpin sejati di kalangan perempuan Indonesia, juga di dunia.

Sebelumnya, kelompok Taliban menunjuk Mullah Hasan Akhund, seorang teman dekat mendiang pendiri Mullah Omar, sebagai kepala pemerintahan Afghanistan yang baru.

Baca juga : Didampingi Menperin, Airlangga Tinjau Tempat Isolasi Terapung Di Kota Sorong

Sebagai wakilnya, Taliban mengangkat Mullah Abdul Ghani Baradar, kepala kantor politik kelompok itu.

Semua yang ditunjuk, termasuk yang ditugaskan sebagai menteri-menteri, berkapasitas sebagai pelaksana tugas atau bersifat sementara.

Menggarisbawahi kewaspadaannya, Amerika Serikat menekankan bahwa itu adalah kabinet sementara. Sementara Uni Eropa, menyuarakan ketidaksetujuan mereka pada penunjukan kabinet itu.

Sedangkan Jerman, menyampaikan keprihatinannya terhadap struktur pemerintahan sementara Taliban, yang dinilai tak memberi optimisme.

Baca juga : Ledakan Di Dekat Bandara Kabul, Afghanistan Kembali Terjadi

Lain halnya dengan China. Negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu menyatakan siap melanjutkan komunikasi dengan pemerintahan baru Taliban di Afghanistan. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.