Dark/Light Mode

Diungkap Mentan

Para Menteri Tidak Bisa Tidur Nyenyak

Selasa, 26 Oktober 2021 08:20 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat menyampaikan pidato dalam peringatan Hari Pangan Sedunia ke-41, di Cirebon, Jawa Barat Senin (25/10/2021). (Foto: Humas Kementan)
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat menyampaikan pidato dalam peringatan Hari Pangan Sedunia ke-41, di Cirebon, Jawa Barat Senin (25/10/2021). (Foto: Humas Kementan)

 Sebelumnya 
Pernyataan tak bisa tidur nyenyak ini bukan kali dipakai Syahrul. Di awal kepemimpinannya, sebelum kasus pertama Covid-19 terdeteksi di Indonesia, dia juga ngomong begitu di hadapan pejabat eselon dan pegawai Kementerian Pertanian.

"Mulai sekarang sampai 100 hari, tidak boleh ada yang tidur nyenyak,” ucapnya, pada 25 Oktober 2019, sambil menegaskan agar semua pejabat Kementan terus bekerja dengan giat.

Baca juga : Risma Jelasin Kemensos Nggak Bisa Serap Telur Pedagang

Di tempat terpisah, pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah ragu dengan omongan Syahrul dalam pidato di peringatan Hari Pangan Sedunia itu. Khususnya soal klaim tidak ada orang yang mati kelaparan selama pandemi.

"Saya melihat itu baru klaim sepihak dari Pemerintah. Realitasnya sih belum tentu," kata Trubus, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Baca juga : Prabowo Tak Banyak Gimmick

Ia mengakui, memang tidak ada pemberitaan yang menyebutkan ada orang yang meninggal kelaparan selama pandemi ini. Tapi, tidak adanya pemberitaan bukan berarti tidak ada kasus. Apalagi, konsentrasi media saat ini lebih banyak tersita pada penanganan Covid-19.

"Tapi, persoalannya bukan di situ. Persoalannya adalah bagaimana masyarakat petani berdaya sehingga bisa menghasilkan pertanian yang kompetitif," sambungnya.

Baca juga : Penumpang Pesawat Mending Cukup Tes Antigen Aja

Ia menilai, kenaikan ekspor hingga 15 persen selama pandemi bukanlah prestasi wah. Sebab, sektor pertanian bersama sektor IT dan kesehatan, memang menjadi primadona sepanjang musim infeksi. Karena tidak ikut terdampak cukup parah dibandingkan sektor lain.

"Sehingga 15 persen itu kenaikannya sangat kecil. Harusnya malah di atas itu. Harusnya, ini menjadi momentum sekaligus magnet bagi negara lain yang membutuhkan pangan dari Indonesia. Sehingga hasil-hasil tani Indonesia justru mengalami kenaikan yang tajam dalam hal ekspornya itu," pungkasnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.