Dark/Light Mode

Penembak Shinzo Abe Pernah Nyaris Bunuh Diri, Hidup Susah Setelah Ibunya Nyumbang 100 Juta Yen Untuk Gereja

Sabtu, 16 Juli 2022 07:30 WIB
Tetsuya Yamagami, penembak mantan PM Jepang Shinzo Abe (Foto: Kyodo)
Tetsuya Yamagami, penembak mantan PM Jepang Shinzo Abe (Foto: Kyodo)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tetsuya Yamagami (41), penembak mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Prefektur Nara pada Jumat (8/7), mengungkap alasan benci pada Gereja Unifikasi, sebagai faktor yang membuatnya nekat melakukan aksi keji tersebut.

Abe yang dihujani dua tembakan di bagian dada dan leher, langsung bersimbah darah dan mengalami henti jantung. Dia tutup usia di Nara Hospital University, sekitar 5 jam setelah ditembak.

"Saya percaya, Abe punya kaitan dengan Gereja Unifikasi. Saya benci gereja itu, karena telah membuat ibu saya berkorban habis-habisan. Sampai keluarga kami bangkrut," paparnya.

Dalam keterangannya kepada wartawan di Prefektur Osaka, sang paman membeberkan, ibunda Yamagami merogoh kocek hingga 100 juta yen atau setara Rp 10,83 miliar, untuk menyumbang Gereja Unifikasi.

"60 juta yen yang disumbang, merupakan hasil pencairan asuransi atas kematian ayah Yamagami. 40 juta yen sisanya, berasal dari hasil penjualan real estate milik keluarga," urai paman Yamagami, seperti dikutip Kyodo.

Baca juga : Hati-hati, Covid Masih Jadi Ancaman Untuk Lansia Dan Komorbid

"Dia terus menyumbang dalam jumlah yang lebih kecil. Bahkan, setelah bangkrut pada tahun 2002," imbuh sang paman, yang terus mendukung keluarga Yamagami secara finansial, selama bertahun-tahun.

Ibunda Yamagami bergabung dengan Gereja Unifikasi, sekitar tahun 1991, setelah suaminya bunuh diri pada tahun 1984.

Gereja mengklaim telah mengembalikan 50 juta yen. Mereka mengaku, tak ada catatan tentang jumlah sumbangan yang diberikan ibunda Yamagami kepada organisasi tersebut.

Respons ini dikritik oleh paman Yamagami. Dia menuduh sekte tersebut berusaha menghindari tanggung jawab.

Akibat kesulitan keuangan keluarga, Yamagami terpaksa meninggalkan bangku kuliah. Padahal, prestasinya cemerlang.

Baca juga : Rayakan Bastille Day, Doakan Presidensi G20 Indonesia

"Yamagami sangat pintar seperti ayahnya. Dia juga pekerja keras. Saya punya kenangan indah tentangnya " ucap sang paman.

Gagal menembus perguruan tinggi, Yamagami tetap bersekolah. Demi mewujudkan cita-cita menjadi petugas pemadam kebakaran. Namun, dia gagal ujian karena matanya minus.

"Sebagai anggota Pasukan Bela Diri Maritim (MSDF) pada tahun 2005, Yamagami pernah mencoba bunuh diri. Karena dia ingin saudara-saudaranya mendapat manfaat dari pencairan asuransi jiwa," beber pamannya.

Saat ini, ibunda Yamagami tinggal di rumah sang paman. Dia beristirahat karena kelelahan yang luar biasa. Tak diketahui, apakah saat ini ibu Yamagami masih berhubungan dengan pihak gereja.

Sumber investigasi mengatakan, Yamagami melakukan uji tembak senjata rakitan di sebuah fasilitas di Nara, yang terhubung dengan Gereja Unifikasi pada 7 Juli, sekitar pukul 4 pagi. Sehari sebelum penembakan fatal itu terjadi.

Baca juga : WNI Di Jeddah Girang Dapat KTP Elektronik

Pada hari yang sama, Yamagami juga pergi ke tempat kampanye Abe di Prefektur Okayama, dengan senjata rakitan. Termasuk, yang akhirnya digunakan untuk membunuh Abe.

Dia tampaknya telah mencari kesempatan, untuk menembak mantan perdana menteri di acara tersebut.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.