Dark/Light Mode

Bela Turki Beli Senjata Ke Rusia

Trump Tidak Satu Pandangan Dengan Kongres dan Pentagon

Kamis, 18 Juli 2019 09:03 WIB
Presiden AS Donald Trump (kedua kiri) berbincang-bincang dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) disaksikan Presiden Korsel Moon Jae-in (kanan). (Dok : AFP Photo).
Presiden AS Donald Trump (kedua kiri) berbincang-bincang dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) disaksikan Presiden Korsel Moon Jae-in (kanan). (Dok : AFP Photo).

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membela kebijakan Turki membeli misil buatan Rusia. Trump berbeda pandangan dengan koleganya di dalam negeri.

Menurut Trump, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terpaksa membeli misil buatan Rusia karena kebijakan Presiden Barack Obama. “Situasinya sangat sulit. Mereka (Turki) dihadapkan pada situasi yang sulit. Saya mengerti alasan mereka memutuskan hal ini,” ujar Trump.

Ini adalah komentar perdana Trump mengenai pembelian sistem pertahanan misil S-400 milik Rusia oleh Turki.

Trump mengatakan, dia tidak menyalahkan Erdogan karena pemimpin terdahulu, Obama, telah membuat Erdogan memutuskan membeli dari Rusia.

“Kita juga berada di posisi sulit. Tapi saya mengerti kenapa dia (Erdogan) memilih Rusia,” ujar Trump.

Menurut Trump, dia memiliki hubungan baik dengan Erdogan dan tidak mau nyinyir soal itu.

Baca juga : Dua Bulan Usai Lahiran, Putri Kecantikan Rusia Dicerai Sultan Kelantan

Turki pada awalnya mengajukan proposal pembelian sistem pertahanan rudal Patriot AS. Kesepakatan bernilai 7,8 miliar dolar AS itu untuk sementara disetujui Pemerintahan Obama. Kemudian Turki mengajukan keinginan sebagian komponen sistem pertahanan itu dari dalam negeri. Pengajuan ini ditunda Washington karena merasa keberatan.

Lambannya proses tersebut membuat Turki beralih ke China dan kemudian ke Rusia untuk sistem tersebut.

Departemen Pertahanan (Pentagon) telah menangguhkan partisipasi Turki dalam program produksi jet tempur F-35, yang berlanjut pada pembatalan rencana pembelian 100 unit jet tempur itu.

“Karena mereka memiliki sistem rudal yang dibuat di Rusia, mereka sekarang dilarang membeli lebih dari 100 pesawat. Saya akan mengatakan bahwa Lockheed (produsen F-35) tidak benar-benar bahagia,” kata Trump.

“Kami memiliki situasi di mana Turki sangat baik dengan kami, sangat baik,” kata Trump, seraya menyinggung pembebasan pendeta Kristen AS yang ditahan dua tahun oleh Pemerintah Ankara.

“Dan kami sekarang memberi tahu Turki bahwa karena Anda benar-benar terpaksa membeli sistem rudal lain, kami tidak akan menjual jet tempur F-35 kepada Anda. Itu bukan situasi adil,” lanjutnya.

Baca juga : Usman Kansong: Media Harus Logis dan Profesional

Pertemuannya dengan Presiden AS selama KTT G20 di Jepang bulan lalu, Erdogan mengklaim Trump telah meyakinkannya bahwa Washington tidak akan menjatuhkan sanksi pada Ankara karena telah memiliki sistem pertahanan misil Rusia. Namun, klaim Erdogan tidak dikonfirmasi Pemerintah AS.

Komentar Trump terhadap kebijakan Turki jelas beda pandangan dengan Kongres dan Pentagon (Departemen Pertahanan AS). Sebab, bagi kedua lembaga itu, langkah Turki bisa menjadi ancaman bagi keamanan sistem udara NATO.

“Turki telah menjadi sekutu lama NATO dan memiliki tanggung jawab tinggi, keputusannya tentang S-400 adalah salah, dan itu mengecewakan,” kata Mark Es¬per, kandidat Menteri Pertahanan AS yang dicalonkan Trump, kepada Komite Layanan Bersenjata Senat pada hari Selasa (16/7).

“Akuisisi S-400 pada dasarnya melemahkan kemampuan F-35 dan kemampuan kami untuk mempertahankan pertarungan di langit,” lanjut Esper.

Ditambahkan Esper, dia telah memberi tahu Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar bahwa mereka tidak dapat memiliki S-400 atau F-35 secara bersamaan.

Komentar itu muncul sehari setelah Erdogan mengkonfirmasi tahap pertama pengiriman sistem pertahanan rudal S-400, meskipun AS berulang kali menyerukan pembatalan kesepakatan itu, atau ancaman sanksi.

Baca juga : Madagaskar Mengejutkan, Kongo Buka Peluang

Pada Jumat pekan lalu (12/7), sekumpulan senator senior Partai Republik dan Demokrat dari dinas bersenjata dan komite hubungan luar negeri AS, mendesak Trump untuk menerapkan sanksi baru terhadap Turki.

Mereka juga mengancam akan secara langsung “menghentikan” partisipasi Turki dalam program F-35.

“Dengan menerima pengiriman S-400 dari Rusia, Presiden Erdogan telah memilih kemitraan berbahaya dengan (Presiden Rusia Vladimir) Putin dengan mengorbankan keamanan Turki, kemakmuran ekonomi dan integritas aliansi NATO,” bunyi pernyataan bersama anggota senior Senator Demokrat dan Republik.

Sementara, Erdogan memuji pengiriman S-400 pertama dan mengatakan langkah selanjutnya adalah bersama-sama menghasilkan sistem pertahanan misil bersama.

“Kami telah mulai menerima S-400 kami. Beberapa mengatakan, ‘mereka tidak dapat membelinya’. Insya Allah bagian terakhir dari pengiriman ini akan dilakukan April 2020,” kata Erdogan. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.