Dark/Light Mode

Aktivis Hong Kong Berlindung Ke AS

Minggu, 15 September 2019 08:32 WIB
Joshua Wong (tengah). (Foto: Istimewa)
Joshua Wong (tengah). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Aktivis Hong Kong, Joshua Wong, berlindung ke Amerika Serikat (AS). Di negeri Paman Sam, Wong berupaya menggalang dukungan dari Presiden Donald Trump untuk gerakan pro demokrasi Hong Kong. China kebakaran jenggot.

Wong tiba di AS, Jumat (13/9). Dia terbang dari Berlin, Jerman. Aktivis berusia 22 tahun itu gencar meminta dukungan asing seiring meningkatnya gerakan massa di Hong Kong yang dipicu oleh RUU Ekstradisi. Upaya lobi Wong di Jerman, dengan bertemu Menteri Luar Negeri Heiko Maas, membuat China murka. Pemerintah Negeri Tirai Bambu langsung memanggil duta besar Jerman di Beijing.

Setelah mendarat di AS, Wong bertolak ke Columbia University, New York. Dia mendesak Trump mendukung secara terbuka gerakan pro-demokrasi di Hong Kong. Gerakan itu muncul menolak RUU Ekstradisi. Ratusan ribu warga turun ke jalan menolak pengesahan legislasi itu yang bisa membuat warga Hong Kong diadili di China.

Baca juga : KNPI Dukung KPK yang Bersih dan Kuat

Belakangan, Carrrie Lam menarik sepenuhnya UU Ekstradisi itu. Namun, unjuk rasa tetap berlanjut. Demonstran kini menyerukan penegakan demokrasi yang dinilai sudah semakin terkikis oleh intervensi China. Warga masih terus mendesak agar demokrasi diterapkan secara penuh di Hong Kong untuk memilih para pemimpinnya. "Saya datang ke sini untuk memastikan suara masyarakat Hong Kong dapat didengar komunitas internasional, tidak hanya di Hong Kong," ujar Wong, dikutip dari laman Nikkei Asian Review, kemarin.

Wong mendesak AS memasukkan klausul hak asasi manusia (HAM) dalam setiap perjanjian dagang dengan China, sebagai upaya untuk mendukung gerakan pro-demokrasi. Dia juga meminta politisi AS mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) yang mendukung kampanye pro-demokrasi Hong Kong. “Sangat penting untuk menambahkan klausul HAM dalam negosiasi dagang dan memasukkan agenda protes Hong Kong dalam agenda negosiasi perdagangan," tuturnya.

Menurut Wong, Hong Kong berada di bawah bayang-bayang ancaman hukum darurat. Kondisinya mirip darurat militer. Dia khawatir, China akan mengirimkan pasukan ke kawasan semi-otonom itu. "Jika China tidak memiliki niatan untuk menjaga keamanan kebebasan ekonomi Hong Kong dan kegiatan bisnis, maka itu juga akan berdampak dan merusak perekonomian dunia,” ancam Wong.

Baca juga : Ekspor Benih Kangkung Terus Naik

Wong beserta beberapa tokoh pro-demokrasi lainnya, seperti Agnes Chow, akan bersaksi dalam sebuah sidang dengar pendapat di Kongres AS pada Selasa (17/9). Sidang tersebut diselenggarakan Komisi Eksekutif Kongres AS untuk Urusan China (CECC) yang terdiri dari politisi Partai Demokrat dan juga Republik.

Sidang dengar pendapat akan menghadirkan pengakuan Wong beserta beberapa aktivis lainnya mengenai situasi terkini di Hong Kong. Akan dibahas juga masa depan hubungan kota semi-otonom itu dengan AS.

Dia berharap, Kongres AS untuk mengesahkan legislasi yang menyatakan dukungan kepada gerakan pro-demokrasi di Hong Kong. Pada hari yang sama, Wong juga dijadwalkan hadir dalam acara Freedom House, sebuah organisasi independen yang memonitor status kebebasan di seluruh dunia. Acara tersebut akan digelar di US Capitol Visitor Center.

Baca juga : Plong, Icardi Berlabuh ke PSG

Keesokan harinya, Wong akan hadir di Universitas Georgetown di Washington DC. Sementara di Hong Kong, aksi unjuk rasa terus berlangsung. Para aktivis memanfaatkan festival lampion pada Jumat malam untuk mengekspresikan semangat perubahan. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.