Dark/Light Mode

Pemimpin Hong Kong Minta Maaf, China Ngotot Dukung Carrie Lam

Selasa, 18 Juni 2019 14:18 WIB
Ribuan demonstran kenakan pakaian hitam untuk tuntut kepala eksekutif Hong Kong mundur. (Foto : AFP Hector Retamal)
Ribuan demonstran kenakan pakaian hitam untuk tuntut kepala eksekutif Hong Kong mundur. (Foto : AFP Hector Retamal)

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah hampir 2 juta massa memenuhi jalan di Hong Kong pada Minggu petang kemarin, Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam akhirnya meminta maaf.

Massa yang berpakaian serba hitam ini menolak rencana pembahasan rancangan undang-undang ekstradisi dan menuntut pengunduran diri Carrie. 

Koordinator aksi demo mengklaim jumlah pendemo mencapai hampir 2 juta. Mereka menuntut agar Carrie mengundurkan diri.

Tuntutan itu merupakan tantangan paling signifikan bagi hubungan China dengan wilayah tersebut sejak diserahkan kembali oleh Inggris 22 tahun yang lalu. 

Baca juga : Pamit Berobat ke Guangzhou, Sutopo Minta Maaf dan Mohon Doa Restu

Meski pembahasan RUU tersebut sudah ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan, namun pendemo tetap tidak puas. Mereka mempertanyakan kemampuan wanita itu untuk terus memimpin kota tersebut.

Carrie meminta maaf atas cara pemerintah menangani rancangan undang-undang (RUU) yang dijadwalkan dibahas pada Rabu lalu (12/6). Akan tetapi pembahasan itu tertunda dan tidak jelas nasibnya.

Meski penolakan besar-besaran dilakukan rakyat Hong Kong, pemerintah Beijing menegaskan dukungan mereka kepada Carrie Lam. Media pemerintah China, China Daily, menulis, Negeri Tirai Bambu akan mendukung usaha Carrie meloloskan RUU ekstradisi, yang memungkinkan pengiriman tahanan ke China daratan.

Beijing menyebut ada “campur tangan asing” dalam dinamika di Hong Kong sebagai “munafik” dan “berniat buruk”, kata sumber yang sama seperti dikutip dari Channel News Asia, kemarin. Surat kabar yang berbasis di Beijing itu dalam sebuah editorialnya menegaskan dukungan China untuk Carrie Lam akan “tidak goyah, dalam menghadapi kekerasan di jalan atau intervensi pemerintah asing yang berniat buruk.”

Baca juga : Indonesia-Inggris Mantapkan Komitmen Kemitraan Strategis

Dalam tajuk editorial lain, surat kabar Global Times milik China memperingatkan Amerika Serikat agar tidak menggunakan Hong Kong sebagai alat “tawar-menawar” untuk memaksakan kompromi dalam pembicaraan perdagangan.

Sebagaimana diketahui, sejak tahun lalu AS dan China telah terlibat dalam ketegangan perdagangan yang ditandai tarif yang ketat. Saat Amerika ingin adanya perubahan kebijakan dalam bisnis Beijing.

Sementara itu, seorang juru bicara konsulat AS di Hong Kong menyambut keputusan Lam untuk menangguhkan RUU ekstradisi. Dia mendesak agar pandangan masyarakat domestik dan internasional diperhitungkan, jika pemerintahnya melakukan perubahan undang-undang ekstradisi. Khususnya yang menyangkut China daratan.

Menanggapi hal komentar itu, China Daily menegaskan, RUU kontroversial di Hong Kong “murni merupakan urusan internal.” Dengan demikian, menurut sumber itu, AS atau Inggris seharusnya tidak memiliki suara dalam masalah ini. “Memang, sikap santun mereka munafik, mengingat gertakan mereka dimaksudkan jahat,” kata sumber itu.

Baca juga : Mursi Meninggal Setelah Pingsan di Pengadilan Kairo, Ini Reaksi Dunia

China Daily juga mengatakan, pihak-pihak itu merupakan penggemar sentimen anti-pemerintah di Hong Kong dan menghasut pelanggaran hukum. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.