Dark/Light Mode

Tulisan Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva

Ukraina Dan Barat Gagal Jalani Kesepakatan Istanbul

Kamis, 10 Agustus 2023 06:38 WIB
Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva. (Foto Dok Rakyat Merdeka/Khairizal Anwar)
Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva. (Foto Dok Rakyat Merdeka/Khairizal Anwar)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kami ingin memberikan komentar atas sejumlah publikasi. Menurut pendapat kami, alasan atas penangguhan partisipasi Rusia dalam Kesepakatan Istanbul direpresentasikan secara tidak benar (“Inisiatif Laut Hitam” untuk mengekspor biji-bijian Ukraina dan amonia Rusia serta Memorandum Rusia-PBB tentang normalisasi ekspor produk pertanian dan pupuk Rusia).

Meskipun perwakilan Rusia telah melakukan pendekatan dengan seksama dan bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban mereka. Namun hasil kerja dari pengimplementasian tujuan kemanusiaan atas kesepakatan tersebut yaitu memastikan ketahanan pangan global, mengurangi ancaman kelaparan, serta membantu negara-negara yang membutuhkan di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, hasilnya terlihat sangat mengecewakan.

Baca juga : Sekolah Indonesia Dan Australia Bersinergi

Selama berlakunya “kesepakatan biji-bijian” yaitu 22 Juli 2022 hingga 18 Juli 2023, sebanyak 32,8 juta ton produk telah diekspor. Dari jumlah tersebut, lebih dari 70 persen (26,3 juta ton) dikirimkan ke negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan tinggi dan menengah ke atas, termasuk ke Uni Eropa. Sedangkan untuk negara-negara miskin, khususnya Ethiopia, Yaman, Afghanistan, Sudan dan Somalia, hanya mendapat sekitar 3 persen atau kurang dari satu juta ton.

Pada saat yang sama, ekspor biji-bijian Rusia, yang sebagian besar adalah gandum, diarahkan ke Asia (60 persen) dan Afrika (30 persen). Mohon diperhatikan, fakta penurunan 23 persen harga biji-bijian yang menjadi bahan pembicaraan, tujuannya adalah untuk menunjukkan “keberhasilan” inisiatif Istanbul, dihitung dari “nilai kejutan” pada Maret 2022. Padahal mereka telah stabil bahkan sebelum kesepakatan tersebut tercapai.

Baca juga : Asian Games, Tim Voli Indonesia Ketemu Jepang, Filipina Dan Afghanistan

Kami harus menyampaikan bahwa “Inisiatif Laut Hitam”, yang selama ini diberitakan secara terbuka di Barat sebagai berkah dan manifestasi kepedulian terhadap negara-negara Afrika, sebenarnya digunakan secara eksklusif guna memperkaya bisnis besar Amerika dan Eropa yang mengekspor dan menjual kembali biji-bijian dari Ukraina. Mereka adalah perusahaan-perusahaan Barat seperti Cargill, DuPont dan Monsanto yang membeli sebagian besar tanah subur Ukraina (luas tanah lebih dari 17 juta hektar).

Mereka membeli tanah Ukraina setelah Kiev mencabut moratorium penjualan tanah. Setelah Kiev atas permintaan International Monetary Fund mencabut moratorium 20 tahun atas penjualan mereka dan menjadi penerima manfaat utama ekspor biji-bijian Ukraina.

Baca juga : Beri Pesan Agar Pemuda Indonesia Bawa Perubahan Positif

Mereka memperoleh biji-bijian Ukraina dengan harga dumping untuk kemudian diproses pada fasilitas produksi mereka, kemudian dijual kembali sebagai produk jadi dengan penambahan harga yang tinggi, spekulasi harga pangan, menciptakan defisit buatan atas produk tersebut, menyingkirkan produk pertanian Rusia dari pangsa pasar dunia melalui pengenalan sanksi sepihak secara ilegal. Semua ini dilakukan Amerika Serikat dan Uni Eropa bukan untuk memenuhi ketentuan “kesepakatan”.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.