Dark/Light Mode

Wawancara Eksklusif Dengan Dubes Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun

Jokowi-Xi Jinping Lengket, Investasi China Meroket…

Kamis, 24 Agustus 2023 08:30 WIB
Dubes Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun (Foto: Kartika Sari/Rakyat Merdeka/RM.id)
Dubes Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun (Foto: Kartika Sari/Rakyat Merdeka/RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hubungan Indonesia dan China di era Pemerintahan Jokowi sangat dekat. Bahkan bisa dibilang lengket. Sudah beberapa kali ada kunjungan bilateral di antara kedua negara. Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping pun diberitakan cukup sering teleponan.

Bagaimana dampak kemesraan di antara mereka untuk rakyat Indonesia? Wartawan Rakyat Merdeka Ratna Susilowati dan Kartika Sari, mewawancarai Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangun. Wawancara dilakukan di Kedutaan Besar Republik Indonesi (KBRI) Beijing, China, sesaat setelah upacara pengibaran bendera untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-78, Kamis (17/8).

Dubes Jo, sapaan akrab Djauhari Oratmangun, pagi itu tampil keren dan gagah mengenakan pakaian adat khas Tanimbar, Maluku. Pakaiannya motif ulerati, dari Desa Olilit, yang melambangkan etos kerja. Dan hiasan kepala bulu burung Cendrawasih, yang disebut Somalay. Berikut Kutipannya.

Bapak sudah bertugas sebagai Dubes China dan Mongolia sejak Februari 2018. Bagaimana menggambarkan hubungan Indonesia dan China selama ini, khususnya dalam lima tahun terakhir?

Hubungan Indonesia dengan China sedang bagus sekali ya. Sejak 10 tahun terakhir, kita meningkatkan hubungan dari strategic partner, menjadi comprehensive strategic partnership.

Baca juga : Persiapan Mencoblos Lancar, Semoga Pemilu 2024 Sukses

(Sebagai informasi, pada 12 Januari 2021, Pemerintah Indonesia dan China menandatangani kerja sama promosi bersama dalam kerangka kerja poros maritim dunia dan sabuk ekonomi jalur sutra dan prakarsa jalur sutra maritim abad 21 yang disebut Global Maritime Fulcrume dan Belt and Road Initiative. Kerja sama ini memperkuat kemitraan yang strategis komprehensif dengan tujuan mendorong pertukaran barang, teknologi dan personel melalui konektivitas bersama, saling belajar, berbagi dan promosi, untuk mendorong dialog dan integrasi antar peradaban serta pembangunan komunitas masa depan bersama).

Ada tiga pilar dalam hubungan kedua negara. Yaitu pilar politik keamanan, pilar pembangunan ekonomi dan pilar sosial budaya. Saya sampaikan meningkatnya hubungan baik antara Indonesia dan China itu dalam bentuk angka, agar kita bisa dapat gambarannya yang jelas. Saat saya datang ke sini lima tahun lalu, perdagangan ekspor impor masih sekitar 76-77 miliar dolar AS. Tahun lalu, sudah mencapai 149 miliar dolar AS. Ini suatu peningkatan luar biasa. Dulu, posisi investasi China di Indonesia menempati ranking ke-5. Sekarang posisinya ada di ranking ke-2.

(Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal/BKPM, realisasi investasi pada kuartal II-2023, Investasi Singapura merupakan yang terbesar (3,4 miliar dolar AS), diikuti China (2,6 miliar dolar AS), Hong Kong (2 miliar dolar AS), Jepang (1 miliar dolar AS), dan Malaysia (800 juta dolar AS).

Ini data BKPM. Kalau nilai investasi Hong Kong dan China digabungkan, maka mereka menjadi negara nomor satu yang berinvestasi di Indonesia. Kita berharap tren ini akan terus meningkat. Berikutnya, di bidang sosial budaya. Menurut saya, people to people contact itu penting, karena mereka akan menjadi fondasi hubungan yang kuat. Sehingga ada kerja sama di bidang pendidikan dan pertukaran budaya.

Sedangkan di bidang ekonomi politik, dampaknya cepat sekali. Hal ini sudah terbukti di banyak kesempatan. Dalam kaitan politik keamanan, kita melakukan dialog buat kepentingan NKRI. Permasalahan-permasalahan yang ada, kita lakukan dialog. Hubungan secara umum sudah makin baik. Dan sebetulnya, hubungan baik antara Presiden Joko Widodo dengan Presiden Xi Jinping itu, terefleksikan juga dalam hubungan ke bawahnya. Baik antar menteri, maupun antar elemen masyarakatnya.

Baca juga : Dubes Djauhari Oratmangun Amati Penguatan Kemitraan Kesehatan Indonesia-China

Apakah ada rencana pertemuan lagi antara kedua kepala negara ini? 

Presiden Jokowi melakukan kunjungan resmi dan bertemu dengan Xi Jinping di Chengdu, China pada akhir bulan Juli lalu. Ada bilateral meeting, juga makan malam kenegaraan. Kebetulan saya mendapat kehormatan untuk ikut dalam delegasi Indonesia pada kegiatan tersebut. Sebelum itu, dilakukan banyak pertemuan dengan berbagai stakeholders di sini. Termasuk memberikan semangat kepada adik-adik mahasiswa, yang berkompetisi Wushu.

(Saat Presiden Jokowi datang, sedang berlangsung ajang international University Sport Federation atau FISU World University Games di Chengdu, China. Tim Indonesia berhasil membawa pulang empat medali emas dan tiga perak, di cabang olahraga wushu). 

Selain itu, banyak pertemuan dengan para pengusaha dan hasilnya investasi yang luar biasa untuk Indonesia. Baik untuk hilirisasi atau menciptakan ekosistem bisnis, misalnya pembuatan kaca untuk solar panel, tempered glass dan lain-lain. Kami meng-arrange banyak pertemuan tersebut. Ada sekitar 20 private sector yang terbagi dalam tiga grup. 

Presiden Jokowi menyampaikan visi untuk pembangunan Indonesia ke depan, termasuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan mengundang investor China ikut berkontribusi di sana. Itulah hasil penting dari eratnya hubungan kedua negara.  Secara pribadi, memang terlihat sekali kedekatan hubungan antar kedua pemimpin negara. Presiden Joko Widodo, pemimpin rakyat Indonesia, dan Presiden Xi Jinping, pemimpin rakyat Tiongkok.

Baca juga : Ajak Jurnalis Negeri Panda Liput KTT ASEAN Di Tanah Air

China menjadi partner ekonomi terpenting bagi Indonesia. Benefit apa yang didapat dari hubungan baik antara Presiden Jokowi dan Xi Jinping, terutama dampaknya ke masyarakat Indonesia?

Benefit-nya cukup banyak. Investasi akan ikut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hilirisasi, menghasilkan produk-produk turunan nikel bisa meningkatkan nilai ekspor tahun lalu sampai 1.000 persen. Itu nilai tambah luar biasa untuk Indonesia. Kita tidak lagi mengekspor bahan mentah, bahan jadi dan bahan setengah jadi. Ini generik ekonomi. Belum lagi produk-produk lainnya. Produk pertanian, makanan minuman dan produk UMKM.

Kalau ekspor kita meningkat, multiplier effect-nya adalah lapangan kerja, tingkat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan pelaku ekonomi. Saya ingin berterima kasih kepada para pelaku ekonomi kita karena di masa-masa sulit, di masa-masa Covid pun daya juang mereka tinggi. Sehingga ekspor kita ke China tetap meningkat. Tentu saja kerja sama di bidang lainnya juga banyak.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.