Dark/Light Mode

Ulama Indonesia Asal Tidore Berperan Penting Sebarkan Islam Di Cape Town

Kamis, 31 Agustus 2023 20:07 WIB
Konjen RI Cape Town Tudiono (kanan) berkesempatan menemui Syeikh Muttaqin Rakieb (Syeikh Muttaqin), warga negara Afrika Selatan keturunan Indonesia.
Konjen RI Cape Town Tudiono (kanan) berkesempatan menemui Syeikh Muttaqin Rakieb (Syeikh Muttaqin), warga negara Afrika Selatan keturunan Indonesia.

RM.id  Rakyat Merdeka - Konsul Jenderal RI Cape Town Tudiono berkesempatan menemui Syeikh Muttaqin Rakieb (Syeikh Muttaqin), WN Afrika Selatan keturunan Indonesia, di paruh bulan pertama penugasannya.

Syeikh Muttaqin adalah generasi ke-5 keturunan langsung dari Abdullah bin Qadhi Abdussalam yang lebih dikenal sebagai Tuan Guru, Ulama Besar Indonesia asal Tidore yang diasingkan di Cape Town semasa kolonial Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC, kongsi dagang terbesar asal Belanda.  

Tuan Guru adalah satu dari sejumlah Ulama Besar Indonesia yang berperan penting dalam perkembangan Islam di Afrika Selatan. Ia  yang membangun masjid pertama di Afrika Selatan pada tahun 1794. Masjid yang diberi nama Masjid Auwal tersebut hingga kini masih berdiri kokoh di Dorp Street di area Bo-Kaap, salah satu konsentrasi komunitas Cape Malay di Cape Town.  

Masjid Auwal di Cape Town.

Dalam perbincangan santai sore hari di kedai kopi Foresters Arms, Konjen RI didampingi Konsul Pensosbud dan Konsul Protkons KJRI Cape Town, Syeikh Muttaqin dengan semangat menuturkan banyak hal penting dan menarik untuk disimak, mungkin juga belum diketahui orang banyak.  

Baca juga : Kab Muba Pelopor Tenaga Pemanen Bersertifikasi BNSP

Syeikh Muttaqin menceritakan penelusuran jejak nassab keluarga ke Indonesia yang dimulai Ayahnya, Al Haj Nurel Erefaan Rakieb. Ayahnya berupaya mengunjungi Tidore di tahun 1980an namun baru terlaksana pada 1992. 

Setahun kemudian, Syeikh Mutaqqin sendiri berkesempatan pergi ke Tidore, dan mendapat perlakuan yang hangat dari pejabat serta tokoh masyarakat Tidore. Diceritakan hasil penelusurannya yang menunjukkan bahwa Tuan Guru adalah keturunan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Ditambahkan juga hubungan kekerabatan dengan Menteri Pemuda dan Olah Raga semasa orde baru, Abdul Ghafur.

Masjid Auwal di Cape Town.

Syeikh Muttaqin sangat mensyukuri kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini yang memudahkannya menjalin silaturahim dengan sanak keluarga di Indonesia. Tidak seperti dulu melalui surat dan membutuhkan waktu berminggu-minggu. 

Anak perempuannya bernama Wafeeqah, saat ini tengah menjalani tahun terakhir di Jurusan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini menjadi fenomena yang sangat menarik, karena setelah lebih dari 200 tahun yang lalu Tuan Guru (keturunan Syarif Hidaytullah) diasingkan ribuan kilometer ke Cape Town, kini generasi ke-6 keturunannya kembali ke Indonesia menuntut ilmu di perguruan tinggi bernama Syarif Hidayatullah.

Baca juga : Pimpin Sidang ASCC Ke-30, Indonesia Beri Perhatian Pada Isu Pekerja Migran

 Tuan Guru tiba di Cape Town pada 1780, dan menjalani masa pengasingan di dalam penjara di Robben Island yang dapat ditempuh 30 menit dari Cape Town menggunakan ferry. Pulau tersebut juga menjadi tempat di mana Nelson Mandela dipenjara semasa apartheid.   Di Robben Island Tuan Guru tidak memperoleh "luxury" untuk membawa Al Quran sehingga beliau yang penghafal Al Quran mengisi waktunya antara lain dengan menulis tangan mushaf Al Quran berdasarkan ingatannya. Mushaf tersebut hingga kini masih terawat di Masjid Auwal, sementara salinannya disimpan di Masjidil Aqsa. Setelah diteliti, para ahli mengatakan, hanya terdapat kesalahan yang sangat sedikit dalam mushaf yang ditulis Tuan Guru tersebut.

Keterangan mengenai  Al Quran yang ditulis Tuan Guru. 

Saat Inggris melakukan invasi di tahun 1781, Tuan Guru direlokasi ke Saldanha Bay sampai akhirnya Belanda terpaksa meninggalkan wilayah tersebut. Setelah itu Tuan Guru menempuh perjalanan ke Cape Town dengan berjalan kaki selama dua minggu, namun kemudian, ia kembali ditempatkan ke Robben Island hingga akhirnya dibebaskan tahun 1792.

Setelah itu Tuan Guru kembali dan menetap ke Cape Town dan melanjutkan dakwah dan perannya dalam perkembangan Islam di Afrika Selatan, termasuk membangun Masjid Auwal. Namun Syeikh Muttaqin tidak mengetahui pasti jumlah komunitas Cape Malay yang merupakan keturunan Tuan Guru, karena jumlahnya sangat banyak dan telah menyebar ke banyak daerah.

 Syeikh Muttaqin telah merasa menjadi bagian dari Indonesia dan bertekad turut membantu WNI di Afsel terutama ABK yang mengalami kesulitan, dan terus memperkuat tali persaudaraan dengan masyarakat dan diaspora Indonesia. Konjen RI mengapresiasi apa yang dilakukan Syeikh Muttaqin. 

Baca juga : Hadiri Lomba Masak Nasi Goreng Di Semarang, Puan: Penting Pakai Hati

Karena Pejabat dan Staf KJRI akan terus berganti, diharapkan dukungan Syeikh Muttaqin terhadap misi KJRI Cape Town di berbagai bidang terus berlanjut, khususnya terkait pelindungan WNI di Afrika Selatan dan pembinaan diaspora Indonesia guna memperkuat kerja sama yang semakin erat antara Indonesia dan Afrika Selatan.

Syeikh Muttaqin merupakan salah satu tokoh dari Afsel yang hadir dalam pertemuan diaspora Indonesia pertama pada 2013 yang dihadiri Presiden RI dan mendapat kesempatan menyampaikan pidato.

Berkat perjuangan para ulama Indonesia, Islam telah berkembang cukup baik di Afsel.  Seiring dengan bergulirnya waktu yang berlangsung ratusan tahun, masyarakat diaspora Indonesia telah berkembang menjadi lebih dari 330.000 orang.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.