Dark/Light Mode

Gagal Stop Tindakan Brutal Israel Ke Gaza, Kredibilitas AS Rontok

Sabtu, 18 November 2023 05:47 WIB
Presiden Amerika Serikat Joe Biden didesak bertindak tegas ke Israel. (Foto Ngan/AFP-Getty Images)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden didesak bertindak tegas ke Israel. (Foto Ngan/AFP-Getty Images)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kredibilitas Amerika Serikat (AS) bakal rontok jika tidak mampu menghentikan serangan membabi-buta militer Israel ke Gaza, Palestina. Sebagai sekutu utama Israel, Negeri Paman Sam seharusnya bisa menjaga perdamaian.

Sebagai sekutu utama Israel, AS diharapkan bisa menjadi contoh dalam pemeliharaan perdamaian. Begitulah isi surat terbuka kelompok para mantan pemimpin dunia, The Elders, kepada Presiden AS Joe Biden. The Elders adalah grup yang dibentuk mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela untuk memelihara perdamaian dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Dikutip France24, kemarin, The Elders menyebut, jika AS membiarkan Israel terus menggempur warga sipil tidak berdosa, kredibilitas AS akan rusak.

“Sudah lama dunia berbicara mengenai two state solution saat Israel mendirikan one state secara nyata,” ujar pemimpin The Elders, Mary Robinson seperti dikutip dari Al-Jazeera, kemarin.

Dia mengatakan, kebijakan Israel memperluas pendudukan ilegal di Tepi Barat dan normalisasi negara Arab dengan mengabaikan kemerdekaan dan keselamatan rakyat Palestina, tidak membuat Israel aman.

Baca juga : Kedubes Palestina: Kampanye Tak Bermoral Israel Harus Dihentikan

“Masalah Israel-Hamas harus diselesaikan dengan cara negosiasi,” desaknya. Oleh sebab itu, dia mendesak segera disusun rencana damai yang serius agar mencapai solusi politik abadi.

Sejak perang Israel-Gaza pecah pada 7 Oktober lalu, AS menunjukkan dukungan terhadap Israel. Perang tersebut telah menewaskan hampir 12 ribu orang. AS juga mengecam kelompok penguasa Gaza, Hamas, yang menyerang sebelah selatan Israel.

Biden turut pula menolak seruan gencatan senjata. Pada pekan ini delegasi AS di DK PBB memilih abstain pada pemungutan suara meminta jeda kemanusiaan di Gaza. Biden bahkan belum mengeluarkan pernyataan mengenai hasil resolusi jeda kemanusiaan di Gaza.

Berbeda dengan Washington yang lebih memilih diam, Israel bereaksi keras atas resolusi penetapan jeda kemanusiaan di Gaza. Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan menolak jeda kemanusiaan. Ditegaskannya, Israel bertindak sesuai dengan hukum internasional di Gaza dan jeda kemanusiaan itu tidak akan terjadi.

“Sangat disayangkan Dewan Keamanan PBB masih belum bisa mengutuk atau bahkan menyebutkan pembantaian yang dilakukan Hamas yang menyebabkan perang di Gaza,” cuitnya di X, Kamis (16/11).

Baca juga : Konflik Palestina-Israel Memanas, Kemlu Pastikan Tak Ada Korban WNI

Dia menuding krisis di Gaza saat ini sebagai strategi Hamas. Kelompok tersebut sengaja memperburuk situasi kemanusiaan di Jalur Gaza dan meningkatkan jumlah korban warga Palestina.

Resolusi DK PBB terkait jeda kemanusiaan di Gaza diajukan Malta setelah empat upaya lain gagal dalam meredam perang Israel-Hamas. Keputusan ini diadopsi dengan 12 suara mendukung, nol menentang dan tiga abstain. Rusia, Amerika Serikat (AS) dan Inggris adalah negara yang abstain.

Namun resolusi tersebut tidak menyebutkan gencatan senjata. Resolusi tersebut juga tidak mengacu ke serangan Hamas 7 Oktober lalu, yang diklaim Israel menyebabkan 1.200 orang terbunuh dan sekitar 240 orang ditawan.

Pernyataan tersebut pun tidak mencantumkan soal serangan balasan dan serangan darat Israel di Gaza. Padahal serangan itu telah menewaskan lebih dari 11.500 warga dengan dua pertiga adalah wanita dan anak-anak.

Korban Agresi Israel

Jumlah korban tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza sejak awal Oktober lalu hingga Jumat (17/11) waktu setempat sudah mencapai hampir 11.500 orang. Dilansir media Palestina, Wafa, sebagian besar dari korban tewas itu merupakan anak-anak, perempuan, dan lansia.

Baca juga : Ganjar Pastikan Lanjutkan Perkuat Kedaulatan Pangan Era Jokowi

Kementerian Kesehatan Palestina merinci, ada 4.707 anak-anak yang tewas. Sementara itu, 3.155 perempuan dan 668 lansia juga ikut masuk dalam daftar korban jiwa.

“Selain itu masih ada 29 ribu orang terluka,” tulis Kementerian Kesehatan Palestina dalam keterangannya.

Di antara para korban tewas itu, terdapat 203 petugas medis dan 36 petugas pertahanan sipil. Sementara itu, 210 petugas kesehatan lainnya terluka. Sedangkan di wilayah Tepi Barat setidaknya 197 warga Palestina yang tewas ditembak tentara Israel. Selain itu, 2.750 lainnya terluka. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.