Dark/Light Mode

Retno Curhat Soal Gaza Dan Resolusi DK PBB Tanpa Gencatan Senjata

Rabu, 27 Desember 2023 20:05 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. (Foto Kemlu RI)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. (Foto Kemlu RI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi mencurahkan keprihatinannya terhadap situasi di Gaza yang semakin buruk dan tidak adanya gencatan senjata di resolusi 2720, Rabu (27/12/2023).

Menlu pertama perempuan itu mengatakan, situasi di Gaza merupakan situasi terburuk dalam krisis kemanusiaan di dekade ini. Israel melancarkan pemboman tanpa henti dan invasi darat ke Gaza. Serangan Israel menewaskan lebih dari 20 ribu orang warga Gaza. Sekitar 70 persennya, adalah perempuan dan anak-anak.

Menlu RI mengatakan, belum lama ini, dia telah bertemu dengan sejumlah organisasi kemanusiaan di sela-sela pertemuan Dewan HAM PBB, di Jenewa, Swiss. Salah satunya untuk membantu penyelesaian isu Gaza. Semuanya kompak menyatakan situasi di Gaza sangat memprihatinkan.

Baca juga : Relawan Mak Ganjar Edukasi Ibu-Ibu Di Ciawi Manfaatkan SDA Jadi Ide Usaha

Pada saat itu, Retno bertemu dengan lembaga-lembaga kemanusiaan yang ada di Jenewa, terutama ICRC (Palang Merah internasional) dan juga dengan WHO (Badan Kesehatan Dunia).

"Semua menggambarkan bahwa situasi di Gaza sangatlah tidak baik dan hampir semua mengatakan bahwa apa yang mereka lihat di lapangan belum pernah mereka lihat sebelumnya," kata Retno di Jakarta, Rabu (27/12).

Pada 22 Desember, Dewan Keamanan (DK) PBB mengadopsi resolusi 2720. Resolusi 2720 merupakan resolusi kedua yang diadopsi Dewan Keamanan PBB sejak awal konflik Palestina-Israel.

Baca juga : PNS Riau Ngadu Soal Pembatalan Pelantikan, Mahfud Gercep Kontak Mendagri

Namun, resolusi ini dinilai masih belum sesuai dengan harapan internasional dan memiliki beberapa kekurangan yang harus diisi. Karena gencatan senjata tidak ada di dalam resolusi tersebut. Retno menekankan akan terus memantau apakah resolusi DK PBB tersebut akan dapat membuat perbedaan atau perbaikan di lapangan.

"Jadi kita akan melihat bagaimana revolusi ini akan dapat membuat perbaikan di Gaza," ujarnya.

Perang Hamas-Israel telah berlangsung selama berbulan-bulan. Perang itu dipicu balasan Israel atas serangan dadakan Hamas 7 Oktober lalu. Sekitar 1.200 orang Israel tewas dan Hamas menyandera 240 orang. Dilansir BBC, 110 sandera, yang ditawan selama serangan 7 Oktober di Israel, kini telah dibebaskan dalam jeda kemanusiaan 24 November 2023 hingga 1 Desember 2023.

Baca juga : Indonesia Dukung Sekjen Guterres Surati DK PBB Desak Gencatan Senjata di Gaza

Serangan Hamas dengan alasan untuk menghentikan penjajahan Israel di muka bumi itu, merupakan hari paling mematikan dalam sejarah Israel. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah merespons dengan serangan yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza yang dikuasai Hamas.

Hampir seluruh penduduk di Jalur Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa itu telah diusir dari rumah mereka. Israel mengatakan melakukannya untuk melindungi warga sipil, dan menyalahkan Hamas karena membahayakan mereka. Tapi Hamas membantah tudingan tersebut.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.