Dark/Light Mode

AS Sumbang Obat Terapi TBC Senilai Rp 23 Miliar Untuk RI

Senin, 25 Maret 2024 23:45 WIB
Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia di Kantor Kedutaan Besar AS, Jakarta, Senin (25/3).
Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia di Kantor Kedutaan Besar AS, Jakarta, Senin (25/3).

RM.id  Rakyat Merdeka - Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia,  Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) akan memberikan bantuan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) kepada  145.070 orang di Indonesia. Bantuan ini senilai 1,5 juta dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp 23,6 miliar.

Direktur Kantor Kesehatan USAID Eni Martin mengatakan, program ini sebagai langkah preventif untuk mengentaskan penyebaran tuberkulosis (TBC). 

"TBC adalah salah satu penyakit menular paling berbahaya di dunia. Di Indonesia penyakit ini menduduki peringkat keempat penyebab kematian menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO)," kata Eni pada acara  press briefing untuk memperingati 'Hari Tuberkulosis Sedunia' di Kantor Kedutaan Besar AS, Jakarta, Senin (25/3).

Ia menyebut, Indonesia menjadi negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. Diperkirakan ada sekitar 1 juta kasus baru teridentifikasi di Indonesia pada tahun 2022. Dari data ini menunjukkan bahwa ada 1 orang yang terkena TBC setiap 30 detik.

Baca juga : Indodax Sumbang Pajak Hampir Setengah Triliun Dari Bisnis Kripto

Untuk memutus rantai penularan ini, lanjut eni, paramedis harus mengidentifikasi pasien TBC, dan memastikan mereka mendapatkan pengobatan komprehensif hingga sembuh.  Namun salah satu tantangan terbesarnya tidak semua orang yang terkena TBC itu terdiagnosis. 

"Tidak terdiagnosis, berarti tidak mendapatkan pengobatan," katanya.

Menurutnya, tindakan preventif untuk mencegah penularan TBC perlu dilakukan. Sebab, tidak semua orang dengan bakteri TBC di tubuhnya akan menjadi sakit TBC. Hanya sekitar 10% orang saja yang kemungkinan terinfeksi menjadi sakit. 

"Dalam tubuh beberapa orang, bakteri TBC tidak aktif atau TBC laten. Itu akan menjadi aktif saat sistem kekebalan tubuh orang tersebut melemah. Dan disini pengobatan pencegahan TBC yang berperan," ujarnya.

Baca juga : Gelar Santunan 3.333 Anak Yatim Senilai Rp 3 Miliar, Wapres Apresiasi BSI

Obat pencegahan TBC dari AS rencananya akan tiba dalam beberapa bulan mendatang. Obat-obat tersebut, tersedia untuk pengobatan jangka pendek khusus, yang dikonsumsi satu kali seminggu selama 3 bulan. Obat tersebut merupakan gabungan dari dua jenis obat dalam satu tablet. 

Jika biasanya obat TBC harus diminum rutin setiap hari dalam jangka waktu 6 bulan, obat TBC ini sangat memungkinkan pasien untuk menuntaskan pengobatan dengan lebih cepat. Harapannya, ini akan memberikan hasil yang baik dan menyelamatkan nyawa. 

"AS berkomitmen melanjutkan kemitraan erat dengan pemerintah Indonesia dan organisasi masyarakat sipil serta tenaga kesehatan, untuk mengeliminasi TBC dan meningkatkan layanan kesehatan," ujarnya. 

Sementara itu, Ketua Program Tuberkulosis USAID Bey Sonata mengatakan, screening pada orang-orang yang kontak dengan pasien TBC itu penting. 

Baca juga : Apa Yang Terjadi Setelah 20 Maret?

Dengan deteksi dini, orang yang kontak langsung dengan pasien positif TBC bisa segera diobati, walaupun dia belum menunjukkan gejala TBC.

"Ini menjadi tantangan. Tidak bisa dibayangkan, orang sehat disuruh berobat, pasti mereka akan menolak. Oleh sebab itu, faktor edukasi sangat penting," pungkasnya.
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.