Dark/Light Mode

Harga BBM Naik

Biden Puyeng, Kita?

Jumat, 24 Mei 2024 08:10 WIB
Presiden AS, Joe Biden (Foto: Istimewa)
Presiden AS, Joe Biden (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Amerika Serikat (AS) sedang dilanda masalah. Dalam beberapa bulan ini, harga BBM melonjak tajam. Presiden AS, Joe Biden sampai puyeng dengan kenaikan tersebut. Kalau negara super power seperti AS aja puyeng soal BBM, gimana kita?

Sejak awal tahun, harga BBM di AS melonjak drastis hingga 19 persen. Sejumlah faktor ditengarai menjadi biang keladinya. Di antaranya, pemangkasan produksi negara-negara pengekspor minyak atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), dan kekhawatiran dunia terhadap perang Israel vs Hamas yang mengganggu pasokan migas di Timur Tengah.

Kondisi saat ini ternyata membuat Biden puyeng. Bagaimana tidak? Harga BBM di sana naik hingga 3,59 dolar AS atau Rp 57.418 per galon. Adapun satu galon BBM di AS berisi sekitar 3,78 liter.

Baca juga : Urusan Makan Siang Gratis, DPR Belajar Ke Swedia

Menyiasati BBM yang naik gila-gilaan, Pemerintah AS bakal menggelontorkan 1 juta barel BBM cadangan minyak strategisnya (Strategic Petroleum Reserve/SPR) yang terletak di wilayah Timur Laut AS. Langkah ini ditempuh untuk mengurangi harga BBM menjelang momentum libur panjang seperti kemerdekaan AS 4 Juli.

Ratusan ribu barel BBM cadangan itu bakal dijual dari lokasi penyimpanan di New Jersey dan Maine yang merupakan bagian dari Northeast Gasoline Supply Reserve atau Cadangan Pasokan Bensin Timur Laut.

“Kami berupaya memastikan aliran pasokan di tiga negara bagian dan wilayah timur laut ketika masyarakat membutuhkannya,” kata Sekretaris Departemen Energi AS, Jennifer Granholm, menukil CNBC International, Kamis (22/5/2024).

Baca juga : Bobby Adhityo Rizaldi: Ada Instrumen Negara Untuk Keamanan Siber

Bagaimana dengan Indonesia? Hingga saat ini, Pemerintah masih menahan harga BBM, LPG, dan listrik subsidi hingga Juni. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku, sejauh ini belum ada pembahasan mengenai subsidi energi. Ia masih fokus menyusun pembahasan Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) sebagai pembahasan awal APBN 2025.

“Sejauh ini, belum ada perubahan. Kita sedang fokus membahas pelaksanaan APBN (2025) sekarang ini,” ungkap Sri Mul, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2024).

Lagipula, volume dan anggaran subsidi sudah ditetapkan dalam APBN 2024. Namun, Sri Mul akan mengamini apapun yang akan dilakukan Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN dalam rangka penyediaan energi murah bersubsidi bagi masyarakat.

Baca juga : Pratama Persadha: Jadi Rentan Sama Campur Tangan Asing

“Langkah-langkah yang akan dilakukan, baik oleh Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, dan Pertamina akan kita dukung, karena mereka dalam APBN juga kan sudah ditetapkan jumlah volume dan juga anggaran subsidinya itu yang perlu dijaga,” ucapnya.

Mengenai harga BBM, LPG, dan listrik setelah Juni, Sri Mul enggan berandai-andai. Ia belum mendapatkan kabar lebih lanjut soal hal tersebut. “Saya belum update mengenai itu,” aku mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.