Dark/Light Mode

Setelah Berkali-kali Gagal

Thailand Gelar Pemilu Perdana Sejak Kudeta

Kamis, 24 Januari 2019 15:32 WIB
Petugas pemilu Thailand. (Foto : Doc abc.net.au)
Petugas pemilu Thailand. (Foto : Doc abc.net.au)

RM.id  Rakyat Merdeka - Komisi Pemilu Thailand akhirnya mengumumkan jadwal pemilihan umum pada 24 Maret mendatang. Setelah berkali-kali batal, kali ini pemilunya jadi enggak ya? Apa pemerintahan hanya jadi pemberi harapan palsu (PHP) lagi?

Jadwal tersebut diumumkan, usai Raja Maha Vajiralongkorn mengeluarkan dekrit, kemarin pagi. Bakal jadi pemilu pertama jika terlaksana. Soalnya sudah lama banget sejak Jenderal Prayut Chan Ocha menggulingkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra pada 2014. Ada lima jadwal pemilu ditunda.

Selama empat tahun itu, rezim Prayut menulis ulang konstitusi, mendepak oposisi dan pengkritik, hingga menempatkan sekutunya yang merupakan petinggi militer di seluruh puncak birokrasi. “Pemilu akan dilaksanakan pada 24 Maret,” umum Komisi Pemilu Thailand kepada jurnalis, kemarin.

Rakyat Thailand akan memberikan suara untuk majelis rendah dengan 500 kursi parlemen, sementara majelis tinggi atau Senat dengan 250 anggota akan dipilih militer.

Baca juga : Bellerin Tumbal Gudang Senjata

Diumumkannya jadwal pemilu ini menandakan dimulainya masa kampanye heboh. Biasanya kampanye diwarnai musik, kericuhan antar pendukung partai politik. Kantor perdana menteri sudah mewanti-wanti rakyat agar menjaga ketertiban dan persatuan selama masa kampanye dan pemilu.

Sejumlah partai baru tampak bermunculan sejak akhir 2018. Ada dua kubu seperti biasanya. Pendukung junta dan loyalis klan Shinawatra.

Partai Phalang Pracharat, yang dikenal dekat dengan pemerintahan junta militer, dilaporkan telah menggelar perekrutan di sejumlah wilayah, termasuk pedesaan tempat kubu Yingluck dan saudaranya, Thaksin, yang digulingkan melalui kudeta pada 2006.

Kini, keduanya masih berada di luar negeri untuk mengasingkan diri menghindari hukuman di dalam negeri. Meski begitu, keduanya tetap gencar berkampanye.

Baca juga : Carolina Bertekad Jadi Pemain Terbaik Sepanjang Sejarah

Thaksin juga gencar membagikan pandangannya tentang masyarakat dan ekonomi Thailand melalui podcast yang dirilis tiap pekan, sementara Yingluck semakin rajin merilis foto kegiatannya.

Perdana Menteri Prayuth tidak ketinggalan. Dia blusukan ke sejumlah kota di pinggiran Thailand dan mencoba mengubah imej dirinya dari sosok ‘kaku berpakaian serba jas’ menjadi sosok ‘pemimpin cinta rakyat.’

Namun tidak sedikit warga Thailand terkesan dengan ‘re-branding’ yang dilakukan Prayuth jelang masa pemilu. Bagi loyalis Shinawatra, Prayuth dinilai sebagai pemimpin yang merusak perekonomian dan tidak berhasil memberantas korupsi di pemerintahan yang dia pimpin. Pemerintahan Prayuth juga disebut sudah mengotak-atik konstitusi untuk menyusahkan politisi baru yang masuk ke pemerintahan nantinya.

“Nantinya akan terlihat seperti demokrasi hibrid. Karena terlihat seperti pemerintah baru, tapi masih diatur konstitusi buatan militer,” ujar analis politik dari Thammasat University, Somjai Phagaphasvivat. Terakhir Thailand sukses mengadakan pemilu pada 2011. Saat itu, pemerintahan Thailand di bawah Klan Shinawatra. Pemerintahan Yingluck Shinawatra.

Baca juga : Sowan Ke Thailand, Garuda Soroti Pertahanan

Partainya Pheu Thai. Tidak adanya Yingluck dan Thaksin, popularitas Pheu Thai pudar. “Partai kami siap ikut pemilu,” tegas juru bicara Pheu Thai Ladawam Wongsriwong. Dia yakin kinerja politisi Pheu Thai masih diingat warga dan bisa kembali berkuasa di pemilu nanti. [CNN/NST/DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.