Dark/Light Mode

Opini

Mengenang Prof Arief Budiman: Disiden Keras Kepala Tapi Sentimentil

Jumat, 24 April 2020 19:50 WIB
M Wahid Supriyadi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia Merangkap Republik Belarus.
M Wahid Supriyadi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia Merangkap Republik Belarus.

RM.id  Rakyat Merdeka - Prof Arief Budiman meninggal tepat sehari menjelang bulan suci Ramadhan. Saya mengenal lebih dekat ketika bertugas di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Melbourne, Australia, sebagai Konsul Muda Pensosbud 1995-1999 dan kemudian sebagai Konsul Jenderal 2004-2007.

Sebelum mengenal secara pribadi, saya mendapat kesan ia adalah seorang aktivis 66 yang sangat garang dan anti Orde Baru. Kemudian, ternyata kesan itu tidak seluruhnya benar.

Baca juga : Wali Kota Arief Terima Penghargaan Kepala Daerah Pelopor RS Syariah

Kesalahan Arief Budiman mungkin karena ia terlalu apa adanya (bloko=Jawa) dan apa yang ada dalam hati itulah yang ia keluarkan. Ia tidak akan berfikir apakah pernyataan-pernyataannya akan membuat marah para pejabat atau menyinggung seseorang. Ia juga tidak punya pengikut yang fanatik. Boleh dikata Prof Arief Budiman adalah single fighter

Seorang Arief Budiman juga ternyata memiliki kepribadian yang sangat sensitif dan terkadang sentimental. Ketika terjadi bencana Tsunami 26 Desember 2004, Dharma Wanita KJRI Melbourne mengandeng Prof Arief Budiman untuk pengalangan dana.

Baca juga : Jokowi Ajak Berdoa dan Kerja Keras Hadapi Pelambatan Ekonomi Dunia

Dengan jabatannya sebagai Kepala Pusat Studi Indonesia di Melbourne University, ia memiliki kewenangan untuk menyediakan tempat semacam theater yang dapat menampung sekitar 500 orang. Sementara Dharma Wanita bekerja sama dengan KJRI Melbourne mengisi acara, menjual tiket, makanan dan barang-barang kerajinan sumbangan warga Indonesia di Melbourne. Hasilnya lumayan dan cukup untuk membangun sebuah asrama pemuda di Aceh.

Ketika memberikan sambutan, di situlah untuk pertama kalinya saya melihat seorang Arief Budiman menitikkan air mata dan sempat berhenti berbicara selama beberapa menit. Ia seolah kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikan betapa hebatnya bencana itu, dan betapa besarnya korban manusia yang tidak berdosa.

Baca juga : Ketua KPU Arief Budiman Dipanggil KPK

Ketika awal perjumpaan saya di tahun 1995, ia sempat heran mengapa saya berani mendekatinya. Ia juga menanyakan apakah saya tidak takut dipecat. Saya sampaikan,s juga dulu pernah aktif ketika menjadi mahasiswa walaupun di tingkat kecil-kecilan dan saya tetap menjaga idealisme saya. Saya adalah seorang professional dan kebetulan berkecimpung di bidang diplomasi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.