Dark/Light Mode

Peringatan Hari Internasional Al-Quds

Dukung Kemerdekaan Palestina, Progres Perjuangan Diplomatik Wajib Terus Dipantau

Jumat, 22 Mei 2020 08:58 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Rakyat Indonesia mesti terus memantau progres perjuangan dukungan bangsa Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina. Terutama dari sisi perjuangan diplomatik, baik di PBB atau pun forum internasional lainnya. Salah satu momentum penting yang bisa jadi remindernya adalah Hari Internasional Al-Quds.

Hal ini ditegaskan Redaktur Eksekutif harian Rakyat Merdeka, Muhammad Rusmadi, salah satu narasumber Diskusi Online bertema ‘Quds; antara Keyakinan dan Kemanusiaan, Rabu (20/5). Diskusi yang diprakarsai oleh Konsulat Kebudayaan Republik Islam Iran di Jakarta, bekerjasama dengan seluruh Iran Corner di Indonesia ini, dilaksanakan dalam rangka peringatan Hari Internasional Al-Quds.

Hari Internasional Al-Quds adalah acara tahunan yang diadakan pada Jumat terakhir Ramadan. Acara ini diinisiasikan oleh Republik Islam Iran pada 1979. Tujuannya, menunjukkan dukungan untuk bangsa Palestina dan menentang Zionisme dan Israel.

Secara simbolis, hari tersebut diadakan untuk menentang perayaan Hari Yerusalem yang dicetuskan Israel pada Mei 1968 dan hukum Knesset (parlemen Israel) menjadikannya hari libur nasional sejak 1998. Al-Quds merupakan sebutan untuk Kota Yerusalem dan sekitarnya di Palestina, yang di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsha (Baitul Maqdis), tempat suci ke-3 umat Islam.

Upaya terus memantau progres perjuangan ini, lanjutnya, penting demi memastikan konsistensi perjuangan ini terus berjalan efektif. Bahkan menurut Rus --sapaan akrabnya, upaya ini tak kalah penting dibanding aksi-aksi jalanan yang sering digelar oleh berbagai ormas, dalam mendukung kemerdekaan bangsa Palestina.

Baca juga : Hari Internasional Al-Quds, Jawaban Umat Muslim Terhadap Pendudukan dan Penindasan

“Demo-demo besar di jalanan itu baik, juga penting. Biasanya fungsinya unjuk kekuatan massa dukungan. Tapi kesannnya hanya reaktif. Misalnya, karena menyikapi seringnya terjadi aksi-aksi kekerasan terhadap warga Palestina. Atau aksi-aksi sepihak oleh Israel, yang dinilai merugikan bangsa Palestina,” terangnya.

Di saat yang sama, lanjut jurnalis yang pernah meliput ke Palestina dan Israel ini, dukungan terhadap perjuangan diplomasi oleh pemerintah juga mesti dipantau terus. “Melalui jalur perjuangan formal ini, dukungan ril kita sebagai bangsa Indonesia juga tak kalah penting,” ingatnya.

Terkait ini hal, Rus mencontohkan, perlu diketahui, pada 11 Februari lalu, Indonesia bersama Tunisia berhasil mendorong diselenggarakannya pertemuan khusus Dewan Keamanan (DK) PBB, untuk mendengarkan langsung pernyataan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di New York, Amerika Serikat.

Pertemuan itu, mengutip keterangan tertulis Wakil Tetap RI untuk PBB, Dubes Dian Triansyah Djani, digelar terkait pengumuman rencana perdamaian Palestina-Israel yang disampaikan Amerika Serikat (AS) pada 28 Januari lalu.

“Saat itu, Dubes Dian meminta pertemuan ini, karena perkembangan di kawasan Timur Tengah yang menimbukan keprihatinan banyak pihak, dan memengaruhi stabilitas kawasan serta belahan dunia lainnya," kutipnya.

Baca juga : Peringati Hari Buku, Demokrat Minta Perpustakaan Desa Diperbanyak

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia menyampaikan dukungan penuh kepada Palestina, seraya mengingatkan kembali peran PBB, terutama DK PBB, untuk melakukan hal yang benar dan adil bagi rakyat Palestina.

Dian juga menegaskan posisi Indonesia yang jelas dan konsisten memperjuangkan kemerdekaan Palestina, yang mengakar kuat pada amanat konstitusi. Termasuk bahwa Indonesia konsisten pada penyelesaian Solusi Dua Negara dan mengecam berbagai tindakan Israel terhadap Palestina, yang dapat berdampak buruk pada upaya mencapai perdamaian.

Semua Kelompok Mesti Bersatu

Di sisi lain, Rus juga mengkritisi aksi-aksi dukungan terhadap kemerdekaan Palestina, yang selama ini lebih sering membawa bendera dan isu agama. Dia mengaku memaklumi, mengingat Indonesia dan Palestina sama-sama berpenduduk mayoritas Muslim. Sehingga wajar terbangun solidaritas keagamaan.

Juga bila perjuangan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina ini dibarengi spirit dan diniatkan bagian ibadah, masih menurut Rus, tentu baik. Bahkan semangat militansinya kian terbangun dengan legitimasi agama. “Namun harus diingat, membela siapapun yang tertindas, adalah sebuah kemestian kemanusiaan, tak peduli apapun agama si pembela dan yang dibela.

Baca juga : Tiba di Bandara Soekarno Hatta, Penumpang Jalani Rapid Test

Saat ada yang tertindas, tidak mungkin kalau keyakinannya beda, lalu tidak ditolong kan?” candanya. Apalagi secara demografi, meski minoritas, di antara penduduk Palestina juga ada warga Arab Kristen. Fakta ini juga tentu turut memicu solidaritas dukungan dari warga Kristen lainnya di dunia bagi kemerdekaan Palestina.

Sehingga, masih menurut Rus, terhadap berbagai ormas pembela kemerdekaan Palestina ini pun, harus ada persatuan dan kerjasama yang baik. Dengan begitu, bantuan bisa lebih dirasakan efektif dan maksimal oleh rakyat Palestina.

“Sama-sama membela Palestina, jangan malah saling bermusuhan. Baik karena beda agama, aliran keagamaan atau orientasi politik. Perhatikan, Iran yang Islam Syiah, begitu Imam Khomeini berkuasa pada 1979, langsung menyatakan dukungannya bagi bangsa Palestina yang notabene Islam Sunni. Mazhab Fiqih Muslim Palestina bahkan Syafi’i, seperti mayoritas di Indonesia, dengan mendeklarasikan Hari Internasional Al-Quds ini,” pungkasnya. [RUS]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.