Dark/Light Mode

Cegah Mata-mata, AS Ingin Pulangkan Mahasiswa China

Jumat, 29 Mei 2020 21:14 WIB
Personel Tentara Pembebasan Rakyat baris berbaris pintu di kawasan Forbidden City, Beijing. (Foto Noel Celis/AFP)
Personel Tentara Pembebasan Rakyat baris berbaris pintu di kawasan Forbidden City, Beijing. (Foto Noel Celis/AFP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah Amerika Serikat berencana untuk membatalkan visa ribuan mahasiswa dan peneliti pascasarjana China yang memiliki ikatan dengan universitas yang berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Menurut Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dilansir Reuters, langkah AS tersebut adalah tindakan konkret menyusul dugaan mahasiswa asal China menjadi mata-mata di AS. Pernyataan Pompeo dipublikasikan beberapa saat menjelang konferensi pers Presiden AS Donald Trump pada Jumat (29/5) waktu setempat.

Trump dijadwalkan memberikan keterangan perihal ketegangan antara AS dan China di berbagai lini, termasuk mengenai status Hong Kong dan pandemi Covid-19.

Ditanya perihal pemberitaan New York Times yang menulis Trump sedang mempertimbangkan untuk 'mendepak' ribuan mahasiswa pascasarjana asal China, Pompeo mengatakan para pelajar asal Negeri Tirai Bambu tidak boleh berada di sini (di kampus-kampus AS) untuk memata-matai."

Baca juga : Jepang Dan AS Minta Industrinya Angkat Kaki Dari China, RI Siap Tampung

"Kami tahu ini adalah tantangan. Presiden Trump, saya yakin, akan mengambil tindakan," kata Pompeo tanpa memerinci langkah yang bakal diambil Trump.

"Kami memiliki kewajiban untuk memastikan siswa yang datang ke sini untuk belajar, tidak bertindak atas nama Partai Komunis China," lanjutnya.

Aktivis Asia-Amerika telah lama menyuarakan keprihatinan mereka seiring langkah pemerintahan Trump yang membidik mahasiswa asal China. Mereka khawatir warga AS keturunan Asia mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan.

"Ini bukan rasis. Orang-orang China adalah orang-orang hebat. Ini seperti zaman Uni Soviet. Ini adalah rezim komunis, tirani yang menimbulkan risiko nyata bagi Amerika Serikat," kata Pompeo.

Baca juga : Cegah Covid-19, Trump Minum Pil Kina

"Kami hanya memastikan negara ini tidak kemasukan individu yang akan merusak AS dari dalam," sambung Pompeo.

Dilansir New York Times, keputusan ini dapat berdampak pada sekitar 5.000 siswa China yang tengah menempuh pendidikan di AS. Nantinya, bagi pelajar China yang visanya dibatalkan akan langsung dipulangkan dan tidak diizinkan kembali ke AS.

Tujuan utama dari tindakan itu adalah untuk menekan mata-mata dan pencurian kekayaan intelektual di kampus universitas dan perguruan tinggi AS. Sekitar 360 ribu warga negara China bersekolah di AS setiap tahunnya.

Rencana ini menuai kritik dari sejumlah institusi pendidikan dan universitas di AS. Mereka mengeluhkan keputusan tersebut akan mengurangi pendapatan mereka. Terlebih pandemi Covid-19 telah menambah beban pemasukan kampus.

Baca juga : Ketua MPR Kecam Keras Pelanggaran HAM ABK WNI di Kapal China

Sementara itu, kelompok aktivis keturunan Asia Amerika menyebut keputusan Trump sebagai tindakan rasis. "Ini bukannya untuk menangkap mata-mata atau menghalau mereka. Keputusan ini jelas sebagai tindakan rasis," ujar sejumlah aktivis di AS.

AS dan China memang tengah berselisih mengenai keputusan China untuk menerbitkan UU Keamanan Nasional Hong Kong. Para aktivis demokrasi dan negara-negara Barat khawatir, UU tersebut akan mengikis kebebasannya dan membahayakan peran Hong Kong sebagai pusat keuangan global. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.